TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekerasan makin marak terjadi, mulai penembakan terhadap polisi di Tangerang Selatan, sampai penembakan di depan KPK yang mengakibatkan aparat kepolisian meninggal dunia.
Kasus lain, penembakan di rumah caleg PDI Perjuangan, Lestanta alias Lobo, mengakibatkan seorang terluka akibat peluru yang bersarang di tubuh tamu yang diskusi.
"Kemarin malam kita dikagetkan berita penembakan terhadap satpam. Rasa aman saat ini menjadi sesuatu yang sangat langka di negeri Indonesia. Rentetan peristiwa penembakan ini semakin membuat rasa takut ditengah-tengah masyarakat yang tidak lama lagi akan mengikuti pemilu," ujar Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Yogyakarta, Eko Suwanto, Rabu (6/11/2013).
"Pada saat yang sama kekerasan juga terjadi diberbagai daerah. Kekerasan khususnya penembakan telah menjadi teror yang serius bagi masyarakat dan mengancam persatuan Indonesia," katanya lagi.
Pemerintah dalam hal ini Presiden SBY, Eko menegaskan, harus bertanggungjawab atas keamanan Indonesia. Sesuai amanat Konstitusi, imbuhnya, pemerintah wajib melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Kapolri yang baru, katanya lagi, harus bisa membuktikan kecakapannya dalam menjaga keamanan dengan mengungkap aktor dan pelaku penembakan untuk diseret ke pengadilan dan dihukum.
Kekerasan, apapun bentuknya, sambung Eko, adalah tindakan yang bertentangan dengan Pancasila, berseberangan dengan nilai-nilai agama, kekerasan termasuk penembakan yang berakibat hilangnya nyawa seseorang jelas bertentangan dengan nilai ketuhanan Yang Maha Kuasa.
"Kita harap SBY beserta jajarannya tidak tinggal diam. Merespon soal Bunda Putri saja SBY marahnya bukan main, semoga melihat warga negara Indonesia yang terluka atau meninggal dunia akibat penembakan, atau tindak kekerasan lainnya, SBY juga tergerak untuk segera memulihkan keamanan. Dan mengungkap pelaku serta aktornya," tegasnya.
"Kepada masyarakat kita menghimbau untuk meningkatkan ronda, menghidupkan kembali siskamling Dan menjaga lingkungan kita agar senantiasa damai dan rukun," pungkas Eko Suwanto.