TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - IP (23), pengamen yang mengaku terlibat pembunuhan Dicky Maulana sempat melarikan diri ke kawasan Bekasi, Jawa Barat. Ia melakukan hal itu setelah membaca berita di koran bahwa polisi sudah menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam kejadian itu.
Dalam kesaksiannya di persidangan kasus pembunuhan Dicky Maulana dengan terdakwa, Andro dan Nurdin, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2013), IP mengaku kaget bahwa yang ia baca di koran polisi menangkap orang-orang yang tidak terlibat, termasuk Andro dan Nurdin.
"Setelah saya baca koran saya kabur ke Bekasi," katanya.
Selama pelarian ia sempat menghubungi Rara yang merupakan pacar Nurdin melalui situs jejaring sosial Facebook. Dalam perbincangannya dengan Rara ia sempat memohon maaf pada gadis tersebut, dan mengakui bahwa teman-temannya yang tidak bersalah itu diamankan polisi karena perbuatannya.
"Gue minta maaf, karena gue anak-anak ditangkap Polisi," tutur IP mengulangi pernyataannya pada Rara.
Informasi itu kemudian disampaikan kepada orangtua Nurdin. Rara kemudian dimanfaatkan orangtua Nurdin untuk memancing IP keluar, dan aksi itu pun sukses. Usai keluarga Nurdin sukses menemui IP, pemuda itu lalu diboyong ke Mapolda Metro Jaya untuk mengakui perbuatannya. Sayangnya pengakuannya itu tidak diterima Polisi.
Di persidangan IP mengakui eksekutor Dicky adalah Brengos dan Jubae, yang hingga kini keberadaannya tidak ia ketahui. Saat Dicky dieksekusi di kolong jembatan Cipulir, Jakarta Selatan, IP mengaku tugasnya hanya berjaga-jaga di atas jembatan.
Pembunuhan itu menurutnya dilakukan karena Brengos kesal atas kelakuan Dicky, yang kerap berbuat rusuh ketika berada di bawah pengaruh minuman keras.