News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kriminalitas

Pengelola Pesantren Al Bina Bekasi ke Polda akan Dilaporkan ke Polisi

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RT yang kedua anaknya menjadi korban sodomi saat mengadu ke Komnas Perlindungan Anak,(Komnas PA), Senin (30/12/2013).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lantaran dianggap menutupi dan mengetahui kasus kekerasan seksual yang menimpa LI (7) dan UB (6), dua orang kakak beradik, keluarga akan mengadukan Pengelola Pesantren Al Bina, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ke Polda Metro Jaya. Pengelola pesantren juga dinilai telah lalai hingga kasus ini terjadi.

"Pesantrennya menutup-nutupi kasus ini. Saya ingin mencari keadilan untuk masa depan mereka. Sekarang saya ingin melaporkan yayasan karena tidak bertanggung jawab," kata RT (30), Ibu kedua korban saat ditemui di Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Senin (30/12/2013).

RT menyatakan sejak awal kasus ini mencuat, pihak yayasan berupaya menempuh jalur kekeluargaan dan menutupi kasus ini. Dituturkan, kasus ini bermula dari kunjungan RT ke pesantren tempat anaknya menimba ilmu pada Mei lalu. Ketika itu, istri seorang pengajar memberitahukan RT adanya seorang anak kelas VI berinisial MA (12) yang memegang kemaluan LI dan UB yang masih duduk di bangku kelas I dan II.

"Katanya ibu tidak usah khawatir. Persoalan sudah diatasi karena yang besangkutan sudah dikeluarkan dari sekolah, tapi menunggu ujian selesai," jelasnya.

Merasa belum puas dengan penjelasan itu, RT menanyakan kepada anak-anaknya. LI dan UB kemudian menceritakan keduanya menjadi korban kekerasan seksual oleh MA dengan dibantu beberapa rekannya.

Peristiwa ini sempat diberitahukan oleh kedua korban kepada salah seorang pengajar. Namun, sang pengajar justru meminta keduanya tutup mulut sambil dibelikan bakso dan mie ayam.

"Pengajar itu meminta anak saya tidak membicarakan kasus ini. Pengajar itu bilang ke anak-anak saya kalau ngomong-ngomong, ibu kalian bisa masuk penjara. Saya minta kasus ini dibuka supaya menjadi pembelajaran bagi pesantren dan sekolah lain agar tidak ada lagi korban-korban lainnya," jelasnya.

RT menuturkan, meski peristiwa yang menimpa kedua anaknya sudah berlalu hampir satu tahun, dampak dari peristiwa itu masih terasa. Selain selalu kesakitan saat buang air besar, kedua anaknya mengalami perubahan psikologis. Emosi kedua anaknya saat ini selalu meluap. Selain itu, kedua anaknya lebih tertutup dan jika bercanda di luar batas kewajaran anak-anak seusia mereka.

"Sangat sedih dengan anak begitu. Apalagi sekarang mereka tidak sekolah. Saya coba masukin ke yayasan yang lain pun ditolak," kata RT.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini