TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Profesionalisme Polri diuji dalam kasus dugaan penyekapan dan kekerasan terhadap 17 pembantu rumah tangga (PRT) di Bogor, Jawa Barat, yang diduga melibatkan mantan perwira tinggi Polri Brigjen Pol (Purn) Mangasi Situmorang bersama istrinya.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, menyoroti kinerja kepolisan yang menangani kasus ini. Menurutnya, terdapat sebuah keraguan untuk menindak lebih lanjut.
"Polresta Bogor tak menanggapi ini secara serius, mereka kalang kabut ketika LSM dan Kapolda turun tangan. Dugaan melindungi korps disini sangat kuat," ucap Neta, Kamis (27/2/2014).
Neta juga mengisyaratkan kasus ini akan menambah berat citra buruk kepolisian di mata masyarakat.
"Ini sebuah preseden buruk bagi pembangunan citra Polri sebagai aparat penegak hukum," lanjutnya.
Sedangkan anak mantan Kapolri Widodo Budidarmo, Destina Lestari, menyayangkan terjadinya peristiwa penyekapan dan kekerasan terhadap 17 PRT di kediaman Brigjen Pol (Purn) Mangisi Situmorang.
"Sangat tidak manusiawi. Entah apa yang di pikiran pelaku saat itu, saya sangat malu apalagi pelaku berasal dari lingkungan kepolisian juga," ucap Destina.
Ia juga mempertanyakan kehadiran suami pelaku saat itu. Sebagai seorang perwira tinggi kepolisian, menurutnya Brigjen Mangasi Situmorang harus bertanggungjawab terhadap perilaku isterinya.
"Tidak mungkin suaminya tidak tahu. Dia kan sudah tak aktif lagi jadi pasti selalu di rumah. Memberi rasa aman di rumahnya saja tidak bisa, bagaimana jika ditugaskan untuk melayani masyarakat di luar," paparnya.