TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pasca penyegelan puluhan unit rusun Pinus Elok, penghuni rusun yang masih bertahan mengaku diberi batas waktu hingga Minggu (9/3/2014).
Tujuh penghuni ini mengaku sudah menceritakan pembelian rusun untuk umum melalui calo ke Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta.
"Kita sudah berikan keterangan ke Dinas Perumahan, kita sudah sebut semua calo-calonya, tapi kita tetap diusir, Cuma lewat sms diminta mengosongkan rusun pada Minggu besok," ujar Eka (bukan nama sebenarnya), salah satu penghuni, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (5/3/2014).
Sebanyak tujuh penghuni ini mengakui mereka membeli hak sewa rusun dari calo di Rusun Pinus Elok mulai harga Rp 5 juta hingga Rp 12 juta pada November dan Desember 2013. Saat itu, mereka membayar ke calo agar bisa masuk ke dalam rusun.
Mereka juga mendapat kunci rusun dari para calo tersebut. "Waktu itu kan ada 44 unit yang disegel, kita termasuk yang disegel, tapi tidak digembok, yang digembok hanya yang tidak ada penghuninya," ujarnya.
Eka mengatakan, para penghuni sudah memberikan keterangan kepada Dinas Perumahan dan berharap bisa mendapatkan kebijakan pengecualian. Karena mereka sudah memberikan formulir dan berkas-berkas pendaftaran rusun umum.
"Kalau memang tidak boleh, kok kita dapat kunci, kan pasti dapat dari orang Dinas Perumahan, sekarang kita mau diusir seperti binatang, kasihan anak-anak," ujarnya.
Penghuni lainnya yang tidak mau disebut namanya mengakui memang tidak memiliki surat-surat apapun untuk menghuni. Ia hanya diberikan kunci oleh calo dan dijanjikan akan diberikan surat penghuni.
"Kita hanya dijanjikan saja. Tapi kunci sudah dikasih, itu kan berarti calonya dapat dari PNS," jelasnya.
Warga juga sudah memberitahukan masalah ini kepada Kepala Seksi Pelayanan Unit Pengelola Rusun DKI Wilayah III Ledy Natalia. Namun para calo tersebut tetap tidak ditindak.
Nama-nama calo rusun Pinus Elok yang disebut warga antara lain Febri Chaerani, Sarimudin alias Ugi, dan Abdul Kohar alias Kohang. Warga hanya berhubungan dengan para calo ini dan tidak pernah mengenal siapa PNS yang memberikan kunci rusun kepada para calo.
"Biasanya mereka menelepon PNS dan cuma panggil dengan sebutan bos, tidak pernah menyebut namanya," jelasnya. (Ahmad Sabran)