Laporan Reporter Wartakotalive.com, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Masih terlihat sembab, Ayu Agustina (15) dan Deritya Agustine (15) pengamen menghapus air matanya yang terlihat menetes di pipi. Keduanya yang terjaring dalam razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) oleh Sudin Sosial Jakarta Selatan pada Rabu, (12/3/2014) dini hari sekira pukul 02.00 WIB itu pun terlihat sesegukan menjawab pertanyaan petugas.
Bukan tanpa sebab, kedua gadis belia itu diamankan petugas. Karena tidak hanya diketahui mengamen, keduanya diduga melakukan praktik prostitusi terselubung bermoduskan mengamen di simpang Fatmawati, Jalan Raya Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan setiap malam.
Sesaat dijaring petugas, Deritya gadis asal Serang yang ditemui Warta Kota di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Kedoya itu terlihat berani dengan melawan pertanyaan petugas dengan kalimat-kalimat ketus dan umpatan. Dirinya berkilah kalau petugas salah menangkap dirinya.
Sebab, baik dirinya maupun Ayu, temannya bukanlah PMKS yang dimaksud petugas. "Saya itu cuma ikut-ikutan pak, nemenin narik angkot temen kalau malem. Angkotnya (Angkutan Kota-red) D02 Ciputat-Parung. Bukan pengamen apalagi gelandangan," jelasnya marah sembari mengelap air mata.
Selain menemani rekannya mengemudikan angkot, dirinya berkilah kalau alasan dirinya berkeliaran pada malam hari karena merasa bosan di rumah. Tidak hanya itu, dirinya pun menyebutkan kalau aktivitasnya pada malam hari adalah salah satu upaya pelarian dirinya dari desakan kebutuhan ekonomi keluarga.
"Saya itu emang sukanya nongkrong di situ (simpang Fatmawati-red). Soalnya saya mau kerja apa lagi, Ibu sudah meninggal, bapak cuma jualan buah di Pasar Induk. Nah saya sendiri sudah nggak sekolah dari kelas satu SMP, jadi saya ngamen, adik ada lima," jelasnya melupakan pernyataan sebelumnya.
Warta Kota yang mencoba menenangkan pun berhasil mengorek lebih dalam kedua sosok gadis belia yang masih di bawah umur tersebut. Diakui keduanya kalau aktivitas mereka tidak hanya sebatas pada mengamen saja, tetapi juga menawarkan jasa 'esek-esek' kepada para pengendara jalan yang melintas.
"Kalau ngumpul setiap malem kita berlima, cewek-cewek semua. Kalau temen emang bukan cuma ngamen aja, tapi kalau ada yang ngajak pasti dia ikut. Tapi itu teman pak, kalau saya sama Ayu nggak," jelasnya menegaskan.
Namun sekali lagi pernyataan dirinya berbeda dengan kesaksian yang diungkapkan sebelumnya. Secara tidak sengaja dirinya pun menyebutkan tarif 'sekali main' apabila dirinya dibooking oleh pelanggan.
"Sekali main sejuta setengah kalau saya, eh bukan, itu temen saya maksudnya. Dia memang kerjanya kayak begitu, di karoke Jepang daerah Blok M, jadi kalau dia ngamen cuma iseng-iseng aja," jelasnya mengalihkan pembicaraan.
Dikatakannya, modus yang digunakan para temannya tersebut terbilang sederhana. Ketiga temannya yang diakui seumuran itu biasanya mengamen apabila mendapati sebuah mobil mewah melintas dan berhenti di persimpangan Fatmawati.
Mengetahui hal tersebut, para temannya yang sudah merias diri dengan menggunakan make-up dan berbusana minim kemudian maju dan mulai mengamen tepat di sisi jendela sang pengemudi.
Selanjutnya, apabila sang pengemudi tertarik dan mencoba bertransaksi, para temannya kemudian masuk dan pekerjaan dimulai. "Ya kayak gitu pak, kalau saya mah liatin aja, beneran pak," jelasnya meyakinkan.
Diakuinya, seluruh uang yang didapat dari hasil melayani pria hidung belang tersebut, digunakan teman-temannya untuk membeli kebutuhan hidup, mulai dari membiayai kebutuhan keluarga, membeli ponsel make-up hingga merias diri.
"Memang duitnya gede pak, tapi itu temen, bukan saya. Kalau saya mendingan dapet duit tiga puluh ribu dari ngamen, daripada sejuta dari begituan," jelasnya.
Namun ketika secara spontan Warta Kota mengajukan tawaran sebesar Rp 3 juta, Deritya terlihat terdiam dan melirik sesaat. Tanpa banyak kata, dirinya pun kembali berkilah. Warta Kota yang mengamati lebih dekat pun melihat kalau pakaian yang dikenakan dirinya tidak sesuai dengan usianya.
Deritya terlihat mengenakan dress berlengan buntung dengan belahan dada rendah serta celana jins model highways ketat. Sedangkan Ayu terlihat mengenakan kaos berwarna biru yang dipadukan dengan celana panjang ketat. Pada riasan wajah, keduanya berusaha terlihat menonjolkan diri.
Keduanya memakai eye liner pada bagian mata, listik berwarna cerah dan blasson pada bagian pipi. Keduanya pun mengaku mengenakan kawat gigi agara terlihat menarik dan modis. "Kita make-up begini ya supaya cakep, bukan lain-lain pak," jelasnya singkat enggan melanjutkan sesi wawancara.
Sementara itu, Kasi Rehabilitasi Sudin Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda mengungkapkan kalau razia yang dilakukan pihaknya bekerjasama dengan Satpol PP Jakarta Selatan tersebut adalah upaya mengatasi maraknya aktivitas prostitusi bermodus mengamen di Jalan Raya Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.
Selain itu, lanjutnya sebagai salah satu langkah mengantisipasi maraknya PMKS yang beroperasi di wilayah Jakarta Selatan, khususnya Cilandak, Jakarta Selatan. "Malam ini kita berhasil jaring 5elapan PMKS, diantaranya dua gadis yang diduga cabe-cabean, empat pengamen, satu gelandangan dan seorang lainnya psikotik atau menderita gangguan jiwa," jelasnya.
Keseluruhannya, ungkapnya sudah didata dan akan menjalani proses rehabilitasi serta pembinaan di PSBI Kedoya selama tiga bulan. Sehingga diharapkan para PMKS yang terjaring tidak akan kembali lagi ke jalan. (Dwi Rizki)