Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Global Prestasi School (GPS), sekolah internasional di Bekasi Selatan, dinilai turut serta menutup-tutupi aksi pengeroyokan terhadap seorang siswanya yang berinisial Js (14).
Siswa yang duduk di kelas IX tersebut, mengaku dikeroyok oleh tujuh murid sekolahnya sendiri tepat pada Hari Valentine, Jumat (14/2/3014) bulan lalu.
Namun, menurut orang tua korban, Julius, pengurus GPS tak mengambil tindakan apa pun terhadap pengeroyok anaknya.
"Padahal, Kepala Sekolah GPS, Yuli Tan, sudah berjanji kepada saya akan mengeluarkan dua siswa yang dianggapnya sebagai otak pengeroyokan, yakni Dvd dan Adt. Janji itu, diberikan agar saya tak melanjutkan kasus ini ke polisi," kata Julius kepada Tribun, Kamis (13/3/2014).
Aksi pengeroyokan itu, berawal saat Js mendapat restu dari Julius untuk mengikuti pelatihan (coaching clinic) balap motor di Sirkuit Sentul, 16 Februari 2014.
"Menurut Js, ketujuh teman yang mengeroyoknya ini iri. Sebab, mereka tak diberi izin orangtuanya. Karena itu, mereka mengeroyok Js, agar tak bisa ikut coaching clinic," tuturnya.
Pengeroyokan tersebut, terjadi di wilayah Kompleks Perumahan Persada Golf, Jatibening, Bekasi, Jumat (14/2) sejak pukul 1700 WIB hingga 18.00 WIB.
Selama satu jam itu, Js dipukuli bertubi-tubi oleh Dvd, Adt, dan Mch, Dio, Riz, Gaz, dan Far yang seluruhnya juga duduk di kelas IX GPS.
Kepala Js juga sempat dibentur-benturkan ke tembok. Akibatnya, Js menderita luka lebam di kepala dan sekujur tubuhnya.
"Tapi, Js tak memberitahukan saya, hingga dia selesai mengikuti Coaching clinic. Dia katanya takut memberitahukan saya, karena pasti tak dibolehkan ikut kegiatan itu," terang Julius.
Peristiwa ini, baru terungkap lima hari kemudian setelah dua orang siswi yang menyaksikan kejadian melapor ke pihak sekolah. Yuli Tan, Kepala Sekolah menerima laporan tersebut.
Yuli memanggil ketujuh pelaku pada 20 Februari 2014. Namun demikian, pihak sekolah baru menyampaikan kejadian ini kepada dia setelah 10 hari setelah kejadian.
Dari hasil pertemuan antara Julius, Yuli, dan orang tua pelaku, dua otak pengeroyokan akan dikeluarkan dari sekolah. Namun, hingga saat ini kedua siswa tersebut masih bersekolah dan hanya mendapat hukuman.
"Saya kecewa terhadap pihak sekolah. Pihak sekolah padahal sudah bilang mereka akan dikeluarkan sesuai peraturan dan orang tua mereka sudah menyanggupi. Tidak tegas," terangnya.
Kepala Sekolah GPS Yuli Tan, saat dihubungi Tribun via telepon, Kamis siang, enggan memberikan komentar apa pun.
Bahkan, perempuan tersebut mengaku bukan Yuli Tan. "Saya ini bukan siapa-siapa," tuturnya. Setelah itu, ia menutup sambungan telepon.