TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Djoko Purnomo selaku Kepala Terowongan Penyeberangan Orang (TPO) Kota Tua mengatakan pada kedatangannya November 2013 lalu, kondisi TPO tersebut seolah tidak terawat. Selain banyak coretan pada dinding-dinding, tempat tersebut juga terlihat kumuh dengan banyaknya Pedagang kali Lima (PKL).
"Dulu saat saya ke sini kondisinya tidak terawatt. Plafon pada rusak. Banyak coretan di dinding serta kolam air mancur ini tidak berfungsi dengan baik," katanya kepada Warta Kota, Selasa (15/4).
Bahkan, kata Djoko, tempat itu juga dulunya dijadikan tempat nongkrong para tuna wisma atau gelandangan dan sebagai tempat berkumpul anak-anak punk.
"Tapi sekarang sudah kita larang. Saya juga sudah perbaiki beberapa bagian, misalnya membersihkan coretan, memperbaiki kolam air mancur dan mengganti sebagian plafon. Memang belum semuanya, karena anggarannya sangat terbatas," katanya.
Sedangkan untuk mengantisipasi terowongan digunakan untuk tempat tidur atau berkumpul para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan anak-anak punk. "Kami sekarang sudah batasi. Kami menutup terowongan jam 23.00 dan buka lagi sekitar setengah lima pagi," katanya.(FERYANTO HADI)