News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bocah Disodomi

Emon Mengaku Tak Tertarik pada Perempuan

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Andri Sobari alias Emon (24), pelaku tindak kekerasan seksual kepada puluhan anak di wilayah Sukabumi dan sekitarnya, beredar melalui jejaring sosial Twitter.

TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI -Sosok  Andi Sobari alias Emon  (24), tersangka kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak di Sukabumi, Jawa Barat,  kini menjadi fenomena. Betapa tidak, ia menyodomi  sekitar  110 orang anak-anak, sebuah kondisi yang menghebohkan. Bagaimana Emon melakukan aksinya, berikut laporannya.

Kasus Emon rupanya menarik perhatian Wakil Kepala Polda Jawa Barat, Brigjen Pol Rycho Amelza Dhaniel. Perwira tinggi bintang satu itu bahkan meluangkan waktu untuk berdialog secara langsung dengan Emon yang kini menghuni tahanan Polres Sukabumi Kota.

"Saat ini pelapornya sudah 110 anak," kata Richko kepada wartawan, Selasa (6/5). Padahal, beberapa jam sebelumnya, jumlah korban baru 95 anak.
Rycko menemui Emon di ruang kerja Kasubag Sarana dan Prasarana (Sarpas) Polres Sukabumi Kota.

Emon mengenakan baju tahanan berwarna oranye, duduk di kursi tamu  ruang seluas 3X2. Sedangkan Rycko duduk di kursi kerja Kasubag Sarpras.

Saat berbincang dengan Emon, Rycko sama sekali tak menyanderkan punggungnya ke kursi. Sambil mewawancara, Rycko menyandarkan kepala ke tangan kirinya.

Sesekali Emon terlihat mengangguk dan menatap Rycko. Di dalam ruangan itu Rycko didampingi  sejumlah petinggi Polresta Sukabumi dan Polda Jabar.
Tribunnews sempat mendengarkan dialog Wakapolda dengan Emon mengenai alasan Emon tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan, melainkan bocah laki-laki.  Emon menjawab dirinya kurang sreg  melihat perempuan.

"Saya nggak sreg saja," jawab Emon. Ia menjelaskan ada korban yang disodomi sampai tujuh kali, setelah diming-imingi pemberian handphone. Bila sang korban menagih handphone,  Emon  mengatakan alat komunikasi itu masih belum datang.

Dalam satu hari Emon bisa mencabuli satu sampai dua orang anak. Menurut Emon, para korban tidak menangis ketika disodomi. "Nggak nangis orangnya, senang saja. Katanya merasa geli," ujarnya.

Dialog Rycho dan Emon hanya berlangsung sekitar 15 menit . "Saya mencoba memverifikasi beberapa hipotesis tentang seseorang pedofilia," kata Rycko seusai berbincang dengan Emon.

Ia mencoba melemparkan beberapa pertannyaan untuk mengetahui sifat Emon, sekaligus mengorek informasi apakah pernah jadi korban kekerasan seksual ketika masih duduk di bangku SMP. Rycko mengatakan ia berdialog dengan Emon berbekal pengetahuan psikologi di kepolisian.

"Dari hasil wawancara ada arah ke situ. Mengarah ke pedofilia," ujarnya. Tetapi tentu  masih perlu didalami lagi oleh  Kedokteran Polri, psikeater, serta ahli hukum.

Pemeriksaan terhadap Emon dan para korban, kadang diwarnai suasana lucu. Sebut saja ketika polisi mempertemukan Emon dengan RZ (8). Korban sempat menagih kekurangan uang kepada Emon. Yanti Sri Damayanti (30), keluarga korban, mengungkapkan RZ dipertemukan dengan Emon untuk memastikan apakah benar tersangka merupakan pelaku sodomi.

Begitu melihat Emon, korban langsung nyeletuk, "Wah kamu, mana Rp 15 ribu  yang belum kamu  bayar." Celetukan RZ itu tentu saja memancing tawa para penyidik. Sedang Emon hanya melongo sambil tertunduk.

Rupanya Emon pernah berjanji memberi RZ uang Rp 25 ribu apabila mau disodomi. Tapi Emon baru membayar Rp 10 ribu, sehingga RZ menagih kekurangannya.

RZ  menceritakan, dia dan para korban lainnya disodomi dalam posisi berdiri. Praktik menyimpang itu dilakukan di sebuah bangunan rusak dekat kolam pemandian air panas, Taman Rekreasi Air Panas Santa.

"Saya dijejer berempat. Saya paling ujung. Tapi baru sampai urutan teman saya yang di sebelah, ia (Emon) sudah berhenti. Jadi saya tak sempat jadi korban," kata RZ.

Lain lagi dengan cerita OB (11). Ia melihat rekannya, RK, disodomi di dalam kolam pemandian air panas. "Jadi sambil berdiri di dalam kolam. Soalnya kan kalau mandi di kolam kadang tak pakai celana dalam. Saya langsung  lari melihat kejadian itu," kata OB.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi sampai saat ini belum punya rencana melihat rekam medis Usep Syaeful Rohmat alias Enjek (11) yang diduga tewas setelah jadi korban Emon. "Belum, kami  belum mengecek rekam medisnya. Saya belum tahu  ada dugaan infeksi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Lita Neni.

Enjek (11) tewas diduga akibat infeksi di duburnya. Sebelum tewas,  korban  tak bisa buang air besar (BAB). Emon menuliskan nama Enjek di daftar pertama korban sodominya. (theo/adi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini