Laporan wartawan Warta Kota, Wahyu Tri Laksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rusmiati (41) tidak dapat menghentikan air yang keluar deras dari matanya. Ia masih tertunduk lesu dengan pandangan kosong, setelah mengetahui anak keduanya dikabarkan meninggal setelah sebelumnya koma di Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat, Jumat (30/5/2014), pukul 05.00.
Padahal, kata Rusmiati, Alfiansyah (18) pamit kepada dirinya untuk bermain futsal bersama teman rumahnya. "Dia tuh baru saja pulang jam 03.00 katanya habis main sama temannya, tetapi baru sekitar 15 menit di rumah, Alfi dikunjungi temannya kembali untuk bermain futsal, " ungkap wanita asal Magelang tersebut.
Sejam setelahnya, Rusmiati dan Cecep (48) suaminya dijemput oleh teman anaknya, diajak ke rumah sakit Sumber Waras di sana ia kaget melihat Alfi terkapar penuh luka bacokan, di kepala, tangan kanan dan dibagian ulu hatinya.
"Saya dan suami langsung menghampiri Alfi, dan berujar bangun nak, Alfi sayang kan sama Ayah dan Ibu. Alfi sempat membuka matanya, kemudian baru meninggal," ungkap Rusmiati kepada Warta Kota di rumah duka Jalan Kali Anyar VI RT 10 RW 05, Tambora, Jakarta Barat.
Padahal, sebelum berangkat futsal, Alfi sudah dilarang sang Ibu untuk pergi, ibunya menyarankan supaya lekas tidur. "Karena paginya, Alfi mesti mengantar beras ke warteg dan warung lainnya, kalo enggak tidur bisa telat nanti," kata wanita yang sehari-harinya berdagang gorengan tersebut.
Pengakuan sang Ibu, anaknya yang lulusan SMK Yayasan peguruan Institut Pengembangan Pendidikan Indonesia (YPIP) Petojo, setiap paginya membantu pamannya yang rumahnya berjarak 5 meter dari depan rumah Alfi. Sambil menunggu panggilan kerja dari lamaran yang sudah dikirimnya.
Menurut Cecep selaku Ayah Alfi, anaknya tersebut tidak pernah macam-macam kalau di rumah. Ia lebih banyak diamnya kalau si rumah, tidak pernah cerita sedang punya masalah atau tidak.
"Makanya saya kaget kalau ternyata anak saya dianiaya orang hingga tewas semalam. Saya sendiri tidak ada firasat apapun," ungkap pria asal Serang yang berprofesi sebagai sopir truk tersebut.
Cecep dan Rusmiati menolak anaknya diotopsi, tetapi mereka mengizinkannya divisum.Sepasang suami istri yang telah mempunyai 3 orang anak tersebut berharap pelaku yang menganiaya anaknya dapat segera ditangkap dan mendapat hukuman yang setimpal.