TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Polda Metro Jaya telah merampungkan berkas perkara 21 tersangka unjuk rasa anarkis dalam menolak Basuki Tjahaja Purnama menjadi Gubernur DKI Jakarta yang dilakukan massa Front Pembela Islam (FPI).
Berkas telah dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta. Pada Senin (1/12/2014), Kejati DKI Jakarta menyatakan berkas perkara 21 tersangka telah lengkap. Kemudian Selasa besok, dilakukan penyerahan tersangka dan barang bukti (Tahap ll) dari Polda Metro Jaya ke Kejati DKI Jakarta.
"Hari ini, hasil koordinasi dengan Kejati berkas perkara sudah lengkap. Berkas perkara dinyatakan lengkap sehingga terbit P21. Besok, Tahap ll penyerahan tersangka dan bukti ke kejaksaan," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (1/12/2014).
Sebanyak 21 orang itu, dua diantaranya koordinator massa Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamu'min dan Shahab Anggawi. Sementara, empat orang lainnya masih anak di bawah umur.
Untuk keempat tersangka anak di bawah umur itu, menurut Rikwanto dilakukan pemisahan berkas perkara. "Yang empat anak-anak dipisah berkasnya. Yang empat orang keputusan kita pisahkan," katanya.
Rikwanto menambahkan untuk selanjutnya penanganan kasus ini akan ditangani pihak kejaksaan. "Sehingga selanjutnya penanganan kasus ini ditangani pihak kejaksaan," ujarnya.
Dalam pemeriksaan itu, tersangka terancam hukuman penjara 5 sampai 8 tahun karena melanggar Pasal 160 KUHP tentang Penghasutan, Pasal 170 KUHP tentang Pengeroyokan dan Pasal 214 KUHP tentang Kejahatan.
Diketahui, ratusan massa FPI menggelar aksi unjuk rasa menolak Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta, di depan DPRD DKI Jakarta dan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (3/10) lalu.
Demo yang dipimpin Shahab Anggawi dan Novel Bamu'min itu akhirnya berlangsung ricuh dan anarkis. Massa menyerang petugas dengan batu, kotoran sapi dan senjata tajam. Sejumlah 16 polisi terluka, salah satunya Kapolsek Gambir Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Putu Putra.