TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Satimin, kewalahan melayani pertanyaan wartawan soal kecelakaan di underpass Trunojoyo yang menewaskan Laila Fitriani Ahmad (15).
Sejak pagi, Selasa (3/2/2015), entah sudah berapa wartawan datang ke ruang kerjanya. Bahkan dia baru selesai melayani pertanyaan wartawan pukul 17.30.
Di akhir wawancara dengan beberapa wartawan media cetak dan online, Satimin terlihat mulai agak kesal. Sebab pertanyaan terus berulang seputar apakah benar bus polisi tabrak lari, apakah benar motor tertabrak bus.
Satimin mengaku tak bisa menjawab pertanyaan itu, sebab tak satupun dari sembilan saksi melihat proses jatuhnya motor.
Satu-satunya jalan membuktikan ada tabrakan atau tidak dari belakang, kata Satimin, yakni dari bukti fisik motor.
Hasilnya tak ada goresan berarsir ke depan di stang kanan motor atau di body sebelah kanan. Yang ada justru goresan di gagang rem kanan depan. Artinya goresan itu akibat gagang rem menyentuh aspal saat jatuh.
"Tapi kan ini seperti membela polisi, makanya harus dikroscek dari saksi lain," ujar Satimin.
Sebenarnya pekerjaan Satimin akan lebih mudah jika Jakarta memiliki banyak CCTV di titik blind spot kota. Atau titik-titik yang sulit dipantau.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama sebenarnya sudah lama berencana memasang perangkat elektronik CCTV di seluruh penjuru wilayah Jakarta.
Namun, sampai tahun awal tahun 2015, soal CCTV masih saja wacana. Dalam rilis operasi Bina Kusuma di Polda Metro Jaya, Selasa (3/2/2015), Ahok kembali masih berwacana.
Dia kini lagi-lagi menjanjikan akan memasang CCTV di tahun 2015. Dan ditargetkan sampai akhir tahun 2015 sudah 2.500 kamera CCTV terpasang di Jakarta. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)