Laporan wartawan Sonora, Liliek Setyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Di sekitar pasar batu di Rawa Bening, anutusias masyarakat yang demam akan batu terlihat. Baik di sisi kiri jalan maupun kanan jalan, dihadapkan dengan antrian kendaraan yang melintas. Pantauan wartawan Sonora, Liliek Setyo, jejeran mobil bak terbuka yang berjajar mulai depan Ruko Karya Jatinegara hingga ujung jalan, menjual berbagi macam batu.
Di dalam mobil bak terbuka tersebut terhampar rough dari berbagai jenis batu di dari penjuru nusantara . Mulai dari macam-macam Idocrase Aceh, Red Raflesia Bengkulu, Pancawarna dan Blue Opal Garut, Klawing Purbalingga, Red Borneo dan Kecubung Kalimantan hingga Pancawarna dari NTB ditawarkan. Para penjual menggunakan ember sebagai wadah rough, yang juga diberi air agar terlihat keindahan rough tersebut.
Harga yang ditawarkan memang tidak ada patokan khusus, tergantung negosiasi antara pedagang dan pembeli. Untuk Rough Pancawarna Garut misalnya, ada pedagang yang menawarkan dagangannya Rp 150.000 perkilonya. Namun, tidak jauh dari sana, ada pedagang yang menawari dengan harga Rp 100.000 perkilonya.
Asep, salah seorang pedagang batu saat ditemui, mengatakan bahan batu memang agak mahal namun komposisi warnanya lebih lengkap, termasuk batu jenis pancawarna.Keindahan batu pancawarna adalah banyaknya warna (sesuai namanya, minimal 3 warna dan maksimal 5 warna dalam 1 batu) dan kedekatan antar warna tersebut, apalagi jika gambar dan warna dalam batu, setelah dibentuk, memiliki makna atau menyerupai sesuatu.
Kehadiran para pedagang yang menjajakan dagangan batunya menggunakan mobil bak terbuka ini diakui mengurangi omset pedagang yang berada di Ruko Karya Jatinegara. Gusnandar misalnya, omsetnya agak menurun, sekitar 20 persen sejak adanya pedagang di mobil bak terbuka tersebut.
Namun, bagi pelanggan, mereka tetap setia membeli di dalam Ruko Karya. "Kalau pelanggan mah tetep belanja disini Mas."ujar Juliandri yang bersama Gusnandar atau yang akrab disapa gondrong menjual aneka jenis rough dari Aceh.
Sementara itu, Iswandi yang menempati Lapak 67-68 di Ruko Karya mengaku tidak khawatir dengan banyaknya pedagang yang menggunakan mobil bak terbuka. Iswandi mengatakan, biaya operasional pedagang dengan mobil bak terbuka cukup tinggi.
"Mereka harus menyewa mobil, membayar parkir dan biaya lainnya. Saya rasa tidak akan banyak bertahan lama."ujar Iswandi dengan logat khas Aceh-nya.
Terkait tingginya biaya operasional mereka, salah seorang pedagang yang menggunakan mobil bak terbuka mengaku ada kutipan, namun ia enggan menyebutkan kutipan dari siapa dan berapa besaran nominalnya. "Yang penting kita bisa usahalah Mas,"ujarnya sambil buru-buru melayani pembeli lainnya.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, sewa parkir sehari Rp 200.000 dan uang kutipan ada dari beberapa instansi. Akan tetapi, selama dagangan mereka laris manis, mahalnya sewa dan banyaknya kutipan tidak mereka keluhkan.