Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Utomo Purnomo (45) dan Nurindra Sari (42) membantah menelantarkan anaknya, AD (8) hingga hidup di jalan dan tidur di pos jaga kompleks perumahannya. Suami istri itu menampik kerap melakukan kekerasan terhadap AD hingga mengalami trauma dan takut kembali ke rumah.
"Penelantaran itu enggak benar. Kami ini saja baru punya anak empat tahun setelah nikah. Bagaimana mungkin? Saya enggak pernah lakukan kekerasan ke dia. Ini anak memang enggak mau balik ke rumah," ujar Utomo saat berbincang dengan Tribunnews.com di Polda Metro Jaya kemarin.
Menurutnya, AD yang merupakan anak ketiga dari lima anaknya itu terbilang nakal. Kenakalannya pernah membuat Utomo emosi hingga memukul kepalanya. Meski begitu, AD juga terbilang anak yang pandai berakting.
"Memang saya pernah sekali ngampleng kepalanya, tapi pelan. Itu gara-gara dia rusak hp saya. Waktu itu ngamplengnya pelan, tapi dia responnya seolah-olah keras. Anak saya ini memang jago akting. Anak kami ada lima, tapi AD paling beda, susah menurutnya," katanya.
Ia pun punya alibi yang bisa menampik tuduhan penelantaran anak di luar rumah, yakni dirinya dan sang istri pernah menyerahkan satu kunci pintu rumah cadangan kepada AD.
Selain itu, perumahannya berbentuk cluster tanpa ada pagar pembatas rumah, ibundanya pun beberapa kali berupaya menjemput AD dan membawakan makanan ke pos jaga komplek yang dijadikannya sebagai tempat untuk tidur.
"Sebenarnya dia bisa masuk sendiri ke rumah. Saya sudah kasih dia kunci. Lah, dia malah taro kuncinya itu di pos jaga," akunya.
Diberitakan, Utomo dan Nurindra dijemput paksa pihak Jatanras Polda Metro Jaya dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari rumahnya di Citra Grand Cluster Nusa II, Blok E Nomor 37, Bekasi, Kamis (14/5/2015) siang.
Pasutri itu terpaksa berurusan dengan pihak berwajib gara-gara adanya laporan tentang mereka yang telah menelantarkan anak ketiganya sampai hidup di jalanan, tinggal di rumah tetangga hingga di pos jaga kompleks perumahan selama sebulan.
Bahkan, pihak kepolisian dan KPAI menduga adanya kekerasan terhadap AD dan keempat putrinya karena adanya luka dan trauma. Kepolisian pun berencana meriksa kesehatan kejiwaan pasutri itu.
Bantahan adanya penelantaran dan kekerasan terhadap anaknya itu juga disampaikan oleh Nurindra atau akrab disapa Iin, selaku ibunda AD.
"Saya enggak pernah mukul. Kalau suami saya ini juga enggak galak, mas. Kalau pun anak nakal enggak sampai gaplok anak. Coba lihat, mana ada kuka di badan saya ini," kata Iin sembari menunjukkan kedua lengannya.
Iin mengaku beberapa kali pernah berupaya menjemput AD ke pos jaga, rumah tetangga dan rumah Ketua RT setempat agar mau kembali ke rumah dan bersekolah. Namun, AD menolak kembali dan warga hingga Ketua RT pun tidak mengizinkan.
Ia menilai sikap warga di komplek perumahannya itu justru sebagai bentuk penyekapan terhadap anaknya.
"Kemarin-kemarin dia justru disekap sama Ketua RT dan tetangga. Harusnya dia sekolah, kok malah nggak boleh," tuturnya.