TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, kembali melontarkan pernyataan tegasnya terkait pedagang kaki lima (PKL) Monas, Jakarta Pusat, yang melakukan tindakan anarkis.
Bahkan, Ahok juga berencana untuk mempersenjatai Satpol PP dengan alat kejut listrik dan senjata peluru karet.
"Saya berpikir namanya bulan suci puasa nggak mungkin orang bikin kisruh. Jadi sekarang nggak ada urusan deh, mau bulan suci mau bulan apa kalau masih anarkis kita tembak deh. Ada senjatanya kok. Saya sudah minta satpol PP agar dipersenjatai alat kejut listrik. Biar pingsan saja mereka," tegas Ahok, di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015).
Menurut Ahok, pihaknya pun sudah meminta alat tersebut kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).
Agar nantinya, para PKL tidak lagi bertindak anarkis dengan menyerang Satpol PP maupun merusak fasilitas Lenggang Jakarta.
"Saya sudah minta Pak Heru (Kepala BPKAD). Kalau anda anarkis saya tembak. Nanti peluru karet itu saya bilang itu lapis kedua. Kalau tembak peluru listrik dia masih bawa golok, tembak gas air mata. Kita sudah punya senjata itu. Kalau dia masih anarkis ya kita pakai peluru karet," katanya.
Menurut Ahok pihaknya sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya untuk penataan PKL. Namun, memang tidak bisa seluruh PKL bisa tertampung di Lenggang Jakarta.
"Kalau kamu makin keras, saya makin keras. Bahkan kalau anda semakin keras, saya akan semakin keras. Anda baik gitu lho. Jadi 700 nama PKL di Monas ini, membeludak jadi 1.000, nah kita latih, belajar masak, belajar apa, jualan makanan jangan sama. Pendapatan anda 20 persen sisihkan untuk bayar keamanan bayar listrik segala macam. Kan mereka nggak bayar sewa. Jadi dapat 300-an PKL," katanya.
Namun ia juga menceritakan, bahwa sebelumnya, para PKL kerap melakukan tindakan pemerasan terhadap para pengunjung Monas.
Karena itu, jumlah pengunjung pun menurun.
"Jadi inikan masalah mental. Karena Pak Jokowi pengen revolusi mental. Dulu ada 1,5 juta pengunjung monas. Karena ada PKL pengunjung menurun, kenapa? Karena orang pacaran dipaksa palakin, beli dua botol minuman disuruh bayar Rp 100.000. Brimob kita saja dulu waktu pacaran disana itu dipalakin Rp 100.000. Ceweknya balik antar pulang, balik lagi dia gebukin. Itu kebetulan aparat. Nggak tahu kalau yang lain, atau ada oknum aparat juga yang main," katanya.
Pihaknya pun, telah melakukan koordinasi dengan Polda Metro Jaya, untuk melakukan pengamanan dan antisipasi di kawasan Monas tersebut.
Termasuk dengan menangkap salah satu PKL anarkis.
"Tadi sudah dapat jaminan dari Polda bahwa polisi sudah tahu siapa yang bikin rusuh. Kan Kapolda yang baru ini top. Teroris saja bisa ditangkap, jadi beliau sudah bilang sama saya, sudah tahu siapa saja yang main. Otak-otaknya sudah pada ngerti," katanya.(Mohamad Yusuf)