Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berjarak sekitar 10 meter dari pinggir Kali Ciliwung, terdapat satu bangunan di RT 09/02, Kampung Pulo, Jakarta Timur yang sering dikunjungi warga. Di dalam bangunan kurang lebih 3X2 meter tersebut terdapat satu dari lima makam, yang oleh warga Kampung Pulo dikeramatkan.
Makam tersebut ialah makam Kiai Haji Kosim bin Tohir, yang meninggal pada tahun 1947. Di dalam bangunan tersebut makam KH Kosim diapit oleh empat makam. Di sisi sebelah kiri terdapat tiga makam adik-adiknya yang bernama, Maemunah, Maesaroh, dan Jaenudin dan di sisi kanan terdapat makam kecil yang pada batu nisannya bertuliskan huruf Arab.
Dari cerita secara turun temurun, KH Kosim merupakan warga asli Kampung Pulo yang mensyiarkan agama Islam. Ia juga menjadi panutan dalam berperilaku warga, kala itu.
"Ia yang menyiarkan agama Islam di sini dan juga menjadi panutan warga berperilaku dalam kehidupan sehari-hari," ujar Khotib, warga Kampung Pulo.
Jasanya yang begitu besar bagi warga Kampung Pulo, yang kini mengalami penggusuran oleh Pemprov DKI, membuat warga di sekitar selalu berziarah ke makam tersebut. Setiap hari Jumat dan hari besar keagamaan selalu ada warga yang menggelar pengajian atau sekedar menaburkan bunga di atas makam tersebut.
Seperti yang terjadi Jumat (20/8/2015) siang kemarin, dua orang warga membawa satu bungkus plastik bunga kemudian menaburkannya di atas makam tersebut. Dua orang pria tersebut kemudian membaca Surat Yasin di depan makam tersebut.
"Kalau saya rutin setiap selepas Jumat-an selalu ke sini," ujar pria yang bernama Rianto tersebut.
Ternyata meski banyak mensyiarkan agama di Kampung Pulo, nama KH Kosim termasyur hingga ke luar Jakarta. Banyak orang berdatangan ke makam tersebut untuk memanjatkan doa.
"Ada yang dari Kalimantan, Lampung, Cianjur," ujar Khotib.
KH Kosim dipercaya warga memiliki ilmu spiritual yang tinggi. Banyak hal terjadi di luar nalar terkait KH Kosim yang pada batu nisan makamnya tertulis kelahiran 1857 tersebut.
Seperti yang dituturkan Khotib. Menurutnya, ada salah seorang pria dari Kalimantan mengaku pernah bertemu KH Kosim saat menunaikan ibadah haji. Pria tersebut kemudian oleh KH Kosim diberi alamat rumahnya untuk menjalin silaturahmi. Saat pria tersebut datang ternyata alamat yang dituju adalah makam KH Kosim yang telah meninggal 10 tahun yang lalu.
"Pria tersebut bingung saat datang ternyata orang yang ditemui itu sudah meninggal 10 tahun yang lalu, padahal belum genap setahun dia baru saja bertemu di tanah suci," katnya.
Khotib yang jarak dari rumahnya ke makam hanya sepelemparan batu, tahu betul kondisi makam tersebut. Mulai dari siapa saja yang datang berziarah, apa saja yang dilakukan di dalam makam, hingga siapa yang membersihkannya.
"Minimal seminggu sekali ada yang membersihkan, kalau yang berziarah tidak tentu datangnya, tapi banyak," paparnya.
Karena jasanya yang begitu besar warga Kampung Pulo bahu membahu merawat tempat tersebut mulai dari memperbaiki bangunan dan atap. Warga pun menjaga tempat tersebut jauh dari kegiatan maksiat. Seperti mabuk-mabukan dan judi.
"Dulu sering ada yang minum-minum dekat makam, judi juga, sama warga diusir," katanya.
Sementara itu warga lainnya, Siti Nurhayati berharap makam tersebut tidak digusur atau dibongkar oleh Pemerintah Provinsi DKI. Ia mengaku rela apabila rumahnya digusur asalkan makam tersebut tetap di tempatnya.
"Kami rela rumah kami dibongkar, asal jangan makam," katanya.
Pantauan Tribunnews sejumlah pria berpakaian dan berpeci putih berdiri di bangunan makam yang bercat hijau tersebut. Mereka berjaga untuk memastikan makam Keramat Kampung Pulo tidak diusik. Sementara itu beberapa puluh meter dari makam alat berat dan sejumlah Satpol PP melanjutkan pembongkaran bangunan yang berdiri di sekitar bantaran Kali Ciliwung.
Pada dinding bangunan yang terdapat makam tersebut terdapat tanda batas penggusuran yang berjarak 15 meter dari bibir sungai. Tanda tersebut berupa cat hijau yang terdapat tepat di bawah pintu masuk bangunan makam. Apabila merujuk pada rencana penggusuran yakni 15 meter dari bibir sungai maka tiga perempat bangunan makam tersebut akan tergusur.
"Walaupun yang di atasnya (Gubernur) mengatakan tidak akan dibongkar, tetapi takutnya yang di lapangan lupa atau tidak tahu itu, makanya kami jaga," ujar pria tersebut.
Tidak hanya makam KH Kosim, beberapa meter ke dalam kampung Pulo terdapat juga makam Husein bin Muchsin al Idrus yang terletak di RT 06/02 Kampung Pulo. Sama seperti makam KH Kosim, makam Husein bin Muchsin yang oleh warga sering disebut makam Habib Husein sangat terawat. Makam berada di dalam ruangan, dan tidak sembarang orang dapat memasukinya.
Banyak orang datang berziarah ke makam tersebut sambil membacakan ayat suci Alquran. Sama seperti KH Kosim, Habib Husein juga berjasa lantaran mensyiarkan agama Islam di Kampung Pulo. Menurut salah seorang warga, antara Habib Husein dan KH Kosim dulunya masih satu keturunan.
"Masih ada hubungan kerabat dan mereka sangat berjasa di sini (Kampung Pulo)," ujar salah seorang warga yang rumahnya berada di samping makam.
Tidak ada penjagaan di makam Habib Husein lantaran lokasinya yang tidak terancam penggusuran, hanya saja tampak aparat kepolisian berseragam lengkap dan berpakaian preman, tidak jauh dari makam tersebut. Lokasi makam berada di tengah kampung tepatnya di samping jalan gang di samping pasar.
Kepala Satpol PP, Kukuh Hadi Santoso yang ditemui di lokasi penggusuran mengatakan tidak akan menggusur makam atau masjid yang lokasinya berdekatan dengan Kali Ciliwung.
"Kita tidak akan sentuh, makam, masjid dan musala, kita akan menjamin itu," katanya.
Pihaknya lanjut Kukuh akan meyakinkan hal tersebut dengan bertemu sesepuh atau ahli waris makam tersebut.
"Pemprov DKI akan mengadakan pertemuan," tuturnya.
Hal serupa ditegaskan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian yang juga kembali meninjau lokasi penggusuran. Ia mengatakan tidak akan ada penggusuran terhadap makam dan musala yang berada di Kampung Pulo. Tito bahkan mendatangi musala tersebut dan menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh agama.
"Sudah disampaikan makam itu tetap utuh dan tidak akan diganggu. Sudah diberitahukan juga kepada Kapolres Jakarta Timur dan Wali Kota Jakarta timur," tuturnya.
Bahkan menurut mantan Kapolda Papua tersebut, musala yang ada di Kampung Pulo akan dirapikan sesuai dengan permintaan warga.
"Kita koordinasi dengan wali kota Jakarta Timur, dan katanya akan merapikannya," ujar Tito.