TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga mengeluhkan kenyamanan pedestrian atau trotoar jalan yang ada di kawasan pusat Jakarta. Meski trotoar di beberapa area keramaian seperti kawasan Thamrin dan Sudirman saat ini sudah tergolong lebar, tak serta-merta membuat para pejalan kaki bebas bergerak.
"Pedestrian di Sudirman ini jadi sempit karena PKL (pedagang kaki lima) yang biasa berjualan memakan bagian trotoar. Kalau lagi macet juga kemakan motor yang suka lewat naik trotoar," kata Indira, salah satu pegawai di kawasan Setiabudi, saat ditemui Kompas.com, Sabtu (26/9/2015).
Indira tak hanya kurang nyaman akibat ruang gerak yang terbatas saat berjalan di trotoar. Ia juga pernah mendapat pengalaman tidak mengenakkan karena gelagat tidak baik dari pengendara motor.
"Waktu itu saya baru sampai Stasiun Sudirman menuju landmark Sudirman lagi jalan di trotoar, kebetulan macet. Ada motor naik, terus saya tegur, tapi saya malah dibentak karena menghalangi pemotor itu lewat," ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat memperlebar trotoar dengan mengambil jalur lambat.
Alasannya, pemerintah ingin para pejalan kaki merasa lebih nyaman atau bagi yang memiliki gedung bisa menjadikannya sebagai kafe atau tempat bersantai.
Teta, salah satu pejalan kaki di kawasan Thamrin-Sudirman, juga menilai belum ada kenyamanan maksimal pada trotoar jalan yang ada di Jakarta.
Konsistensi pemerintah
Ia pribadi mendukung rencana pelebaran trotoar di Jakarta. Namun, rencana pelebaran itu harus diikuti oleh konsistensi pemerintah dalam menata isi pedestrian.
"Yang penting kan penerapan setelahnya, misal soal PKL, gelandangan, tukang ojek yang mangkal. Kalau dilebarin tapi hal-hal itu msh ada ya sama saja bohong sih," kata Teta.
Dia juga mengkritik perawatan trotoar yang tak diperhatikan. Menurut dia, sejumlah area trotoar luput dari penerangan saat malam dan jauh dari bersih.
"Pedestrian di Jakarta kayak di Dukuh Atas kebanyakan minim penerangan. Jadinya gelap dan rawan kejahatan, itu juga salah satu yang bikin enggak nyaman. Dan kadang di balik tiang-tiang jembatan atau pepohonan suka dipakai pipis, kalau lewat bau pesing," ujarnya.
Sejumlah trotoar yang ada di Jakarta Pusat tampak belum steril dari unsur pengguna selain pejalan kaki. Di kawasan Thamrin, Sudirman, dan Kebon Sirih misalnya, beberapa titik dipadati PKL dan pangkalan ojek, terutama di dekat halte bus dan persimpangan.
Saat jam sibuk juga tak segan para pemotor melintas di atas trotoar. Menurut Agnes, salah satu pejalan kaki, banyaknya pelanggaran di trotoar juga disebabkan oleh belum tegasnya peraturan bagi para pelanggarnya.
"Trotoar perlu dilebarkan, tetapi dibarengi sama peraturan motor jangan naik sih," kata Agnes.
Penulis : Aldo Fenalosa