News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Pejalan Kaki di Jakarta, Dibentak Pemotor yang Naik Jalur Trotoar

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyandang tunanetra yang juga penjual kerupuk, Zulhadi, melintas di Jalan Pos Pengumben, Jakarta Barat menuju rumahnya di Kawasan Meruya, Selasa (30/7/2013). Tidak adanya trotoar yang memadai bagi penyandang cacat membuat perjalanannya sulit menuju rumah karena harus bersaing dengan pengguna jalan lainnya. KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Sejumlah warga mengeluhkan kenyamanan pedestrian atau trotoar jalan yang ada di kawasan pusat Jakarta. Meski trotoar di beberapa area keramaian seperti kawasan Thamrin dan Sudirman saat ini sudah tergolong lebar, tak serta-merta membuat para pejalan kaki bebas bergerak.

"Pedestrian di Sudirman ini jadi sempit karena PKL (pedagang kaki lima) yang biasa berjualan memakan bagian trotoar. Kalau lagi macet juga kemakan motor yang suka lewat naik trotoar," kata Indira, salah satu pegawai di kawasan Setiabudi, saat ditemui Kompas.com, Sabtu (26/9/2015).

Indira tak hanya kurang nyaman akibat ruang gerak yang terbatas saat berjalan di trotoar. Ia juga pernah mendapat pengalaman tidak mengenakkan karena gelagat tidak baik dari pengendara motor.

"Waktu itu saya baru sampai Stasiun Sudirman menuju landmark Sudirman lagi jalan di trotoar, kebetulan macet. Ada motor naik, terus saya tegur, tapi saya malah dibentak karena menghalangi pemotor itu lewat," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat memperlebar trotoar dengan mengambil jalur lambat.

Alasannya, pemerintah ingin para pejalan kaki merasa lebih nyaman atau bagi yang memiliki gedung bisa menjadikannya sebagai kafe atau tempat bersantai.

Teta, salah satu pejalan kaki di kawasan Thamrin-Sudirman, juga menilai belum ada kenyamanan maksimal pada trotoar jalan yang ada di Jakarta.

Konsistensi pemerintah

Ia pribadi mendukung rencana pelebaran trotoar di Jakarta. Namun, rencana pelebaran itu harus diikuti oleh konsistensi pemerintah dalam menata isi pedestrian.

"Yang penting kan penerapan setelahnya, misal soal PKL, gelandangan, tukang ojek yang mangkal. Kalau dilebarin tapi hal-hal itu msh ada ya sama saja bohong sih," kata Teta.

Dia juga mengkritik perawatan trotoar yang tak diperhatikan. Menurut dia, sejumlah area trotoar luput dari penerangan saat malam dan jauh dari bersih.
"Pedestrian di Jakarta kayak di Dukuh Atas kebanyakan minim penerangan. Jadinya gelap dan rawan kejahatan, itu juga salah satu yang bikin enggak nyaman. Dan kadang di balik tiang-tiang jembatan atau pepohonan suka dipakai pipis, kalau lewat bau pesing," ujarnya.

Sejumlah trotoar yang ada di Jakarta Pusat tampak belum steril dari unsur pengguna selain pejalan kaki. Di kawasan Thamrin, Sudirman, dan Kebon Sirih misalnya, beberapa titik dipadati PKL dan pangkalan ojek, terutama di dekat halte bus dan persimpangan.

Saat jam sibuk juga tak segan para pemotor melintas di atas trotoar. Menurut Agnes, salah satu pejalan kaki, banyaknya pelanggaran di trotoar juga disebabkan oleh belum tegasnya peraturan bagi para pelanggarnya.

"Trotoar perlu dilebarkan, tetapi dibarengi sama peraturan motor jangan naik sih," kata Agnes.

Penulis : Aldo Fenalosa

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini