TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pebalap Rio Haryanto sempat bercerita pengalamannya saat menjadi juara di GP2 Series kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ahok memaparkan cerita dari Rio. Kala pebalap berusia 22 tahun itu menaiki podium, ternyata panitia ajang tersebut tidak menyediakan lagu Indonesia Raya dan bendera merah putih kebanggaan Indonesia.
"Kemarin waktu menang aja katanya sampai panitia itu nyari di internet, google lagu Indonesia raya. Benderanya pun di balik bendera Monako yang mirip dibalikin (karena panitia nggak nyangka Indonesia menang)," cerita Ahok usai bertemu dengan Rio di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (27/10/2015).
Kata Ahok, anggapan dunia terhadap olah raga di Indonesia itu pasti minim prestasi. Mantan Bupati Belitung Timur ini berharap dengan adanya momen Hari Sumpah Pemuda, generasi muda bangsa termasuk Rio bisa mengharumkan nama Indonesia.
"Karena dia (internasional) enggak pernah berpikir ada orang Indonesia yang bisa menjuarai kejuaraan. Dengan semangat sumpah pemuda ini waktu yang tepat menunjukan kepada bangsa lain," jelas Ahok.
Sayangnya, prestasi yang diraih Rio Haryanto terhambat oleh sokongan dana. Sampai saat ini, untuk mengikutsertakan Rio di ajang F1, dibutuhkan dana sebesar 15 juta euro atau berkisar RP 225 miliar.
Ahok berniat untuk membantu Rio mencarikan sponsor, karena menurutnya amat sangat disayangkan bila ada talenta yang luar biasa seperti Rio tidak diberikan dukungan, entah itu berupa dana atau moril
"Rio ini orang yang luar biasa talentanya. Tapi ternyata, ikut Formula 1 itu tidak hanya butuh talenta. Jadi kita akan coba carikan (sponsor). Saya enggak tahu bisa enggak, kita dukung (dana) melalui APBD juga. Ini pertama kali (Indonesia ikutserta F1). Makanya kita harus carikan sponsor," ujar Ahok.