"Jika Adhyaksa maju, saya akan pilih dia. Saya melihat, dia pengen perubahan yang semakin baik. Dia memiliki jiwa kepemimpinan, bersih, Nasionalis, dan tidak sembunyi-sembunyi. Bicaranya juga blak-blakan saja. Semua potensi untuk memimpin Jakarta sudah ada dalam dirinya,” ungkap wanita tokoh NU itu.
Lily menitipkan pesan kepada Adhiyaksa, apabila nantinya terpilih sebagai Gubernur Jakarta, ada dua hal yang segera harus dibenahi. Pertama, masalah pembelajaran kebangsaan di Jakarta.
"Sebab, boleh dibilang saat ini kebangsaan di masyarakat Jakarta sudah memudar, bahkan sudah mulai hilang,” ujar dia.
Kedua, harus getol terus mengembangkan toleransi.
"Sebab saat ini, di Jakarta, intoleransi itu sudah dalam tahap mengerikan saya lihat. Jadi toleransi harus menjadi hal utama yang juga dikembangkan oleh Adhyaksa,” jelasnya.
Dukungan juga datang dari Victus Murin, mantan Sekjen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), yang juga kawan akrab Adhyaksa Dault. Soal tudingan masyarakat soal rasisme atau SARA ke Adhyaksa, dia dengan tegas membantahnya.
"Tidak ada rasisme atau SARA dalam dirinya. Pak Adhyaksa ini seorang Nasionalis Religius. Itu terbukti sejak mahasiswa, masuk KNPI, menjadi Menpora dan sampai saat ini. Sudah dua puluhan tahun kami berteman, saya tak melihat ada rasis dalam dirinya. Makanya kami heran dan kaget kok dia dibilang rasis,” kata Victus.
Mantan Sekjen Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Nikson Gans Lalu juga mengatakan tudingan sosok yang rasis dan SARA kepada Adhyaksa blunder.
"Saya kira, itu tidak tepat. Pak Adhyaksa tidak pernah mempersoalkan agama. Iya dia seorang Muslim, tetapi dia juga bersaudara dengan Kristen dan saudara-saudara agama lain. Terbukti dari sepanjang hidupnya, dia begitu mencintai keberagaman Indonesia ini,” papar Nikson.
Bahkan, selama menjabat Menpora, lanjut dia, tidak ada upaya menghalang-halangi Nasionalisme Indonesia. Setiap tahun, seperti yang beliau lakukan, semasa menjabat Menpora, dua orang Muslim dia biayai dengan uang dari kantongnya sendiri untuk berangkat Ibadah Haji ke Mekkah, dua orang juga dia berangkatkan ke Lourdes bagi yang Katolik, dan ke Jerusalem bagi yang Kristen Protestan. Diperlakukan sama. Saya kira tudingan dia rasis, itu tidak berdasar,” ungkap Nikson.