TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila menilai, tarif Kereta KRL Commuter Line relatif sangat terjangkau.
Oleh karena itu, ia menyayangkan adanya segelintir penumpang yang menyalahgunakan fasilitas free out untuk bisa naik KRL secara gratis.
Saat ini, tarif KRL Commuter Line adalah Rp 2.000 untuk 1-25 kilometer pertama.
Untuk setiap 10 km berikutnya, penumpang akan dikenakan tarif Rp 1.000.
"Masak, gaji Rp 20 juta bayar Rp 2.000 aja enggak mau?" kata Fadhil di Stasiun Tebet, Senin (30/11/2015).
Fasilitas free out adalah pembebasan biaya bagi penumpang yang masuk dan keluar di stasiun yang sama dalam durasi tidak lebih dari satu jam.
Fadhil menceritakan berbagai modus yang dilakukan penumpang agar bisa naik KRL secara gratis dengan fasilitas free out.
Misalnya, melakukan tapping-in dan setelah masuk ke dalam gate elektronik, penumpang yang bersangkutan langsung melakukan tapping-out tanpa keluar dari gate elektronik.
Penumpang ini kemudian naik kereta.
Setelah sampai di stasiun tujuan, ia kembali melakukan cara yang sama.
"Yang seperti ini tidak hanya terjadi di perjalanan dekat karena yang dari Jakarta Kota ke Bogor juga ada," kata Fadhil.
Tidak hanya dilakukan penumpang yang ingin gratis, Fadhil mengatakan, penyalahgunaan fasilitas free out juga dilakukan oleh penumpang yang ingin menghemat tarif.
Padahal, besaran tarif yang dihemat tidak seberapa jumlahnya.
Ia menceritakan modus yang sering dimanfaatkan penumpang relasi Tanah Abang-Maja untuk bisa menghemat tarif Rp 500.
Para penumpang ini, kata Fadhila, memanfaatkan masih adanya celah di Stasiun Maja yang membuat penumpang dapat keluar dari stasiun tanpa melalui gerbang elektronik.
"Ini kan dia naik dari Tanah Abang mau ke Maja. Tetapi, demi hemat Rp 500, dia tap-out dulu di stasiun sebelum Maja. Di situ dia tap-out, tapi dari dalam. Nanti dia naik lagi, sampai Maja keluarnya tidak lewat gate," kata dia.
Oleh karena sering disalahgunakan, PT KCJ berencana menghapus fasilitas free out mulai besok, per 1 Desember 2015.
Dengan dihapuskannya fasilitas ini, penumpang akan langsung dikenakan biaya saat sudah melakukan tapping-in.
"Sehingga, orang yang masuk area steril, ya dia memang mau berangkat. Kalau belum siap berangkat, ya jangan masuk dulu. Kalau mau berangkat, ya berangkat. Jangan ada lagi yang mau berangkat, terus keluar," kata Fadhil.
Fadhil mengatakan, pengecualian diberikan bila dalam kondisi darurat.
Misalnya, terjadi gangguan yang membuat penumpang yang sudah masuk ke stasiun tidak dapat melanjutkan perjalanannya.
"Dan kalau ada gangguan, pasti kita umumkan. Petugas kami yang di gate nanti akan siap membantu dan memfasilitasi. Tapi dalam kondisi normal, kita tidak akan terapkan," ucap Fadhil.
Fadhil menilai penumpang KRL Commuter Line bukanlah penumpang yang membutuhkan pengantar, laiknya penumpang kereta jarak jauh.
Hal itu JUGA yang membuat KCJ memutuskan menghapus fasilitas free out per 1 Desember 2015.
"Penumpang KRL tidak butuh pengantar. MasaK, orang mau kerja diantar?" ujar dia.
Saat ini, fasilitas pendukung yang ada di hampir semua stasiun KRL sudah berada di area steril, yakni area yang berada di dalam gate elektronik.
Dengan demikian, ia yakin penghapusan fasilitas free out tidak akan berdampak besar terhadap kenyamanan penumpang.
"Kalau penumpang mau berangkat, kemudian tiba-tiba mau ke kamar kecil, itu semua ada di area steril," ujar dia.