TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga kampung di Jakarta, yakni Kampung Ambon, Kampung Bahari, serta Tanah Tinggi, disebut polisi sebagai 'retail' Narkoba di Jakarta.
Setiap pekan, diperkirakan Narkoba jenis sabu beredar senilai Rp 1,3 milliar.
Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Eko Daniyanto, mengatakan, di 3 lokasi itu adalah pasar untuk paketan Narkoba kecil dan menengah.
"Ada Bandar menengahnya juga di lokasi itu," kata Eko kepada Wartakotalive.com di Polda Metro Jaya, Senin (23/11) siang.
Jadi, kata Eko, 3 wilayah itu merupakan lokasi dimana para pemakai langsung bertemu dengan pengecer kecilnya.
Ciri-ciri peredarannya cepat dan terus menerus. Sebab disitulah para pemakai kecil berdatangan.
Sementara itu, Kasubdit 3 Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Gembong Yudha, juga mengakui hal itu.
Gembong merupakan polisi yang ditugaskan merahibilitasi 3 kampung itu. Dia juga tergabung dalam tim yang menghancurkan lapak-lapak Narkoba di Kampung Ambon.
Menurut Gembong, di Kampung Bahari dan Tanah Tinggi, kondisinya agak mirip dengan Kampung Ambon dahulu. Tapi tak terang-terangan di masa kelam Kampung Ambon.
"Kalau di Tanah Tinggi dan Kampung Bahari itu, tempat-tempat yang disewakan untuk memakai Narkoba itu berupa wc umum yang sudah rusak," kata Gembong. Semua warga tahu itu, tetapi tak berdaya.
Gembong menjelaskan, karakteristik peredaran di 3 wilayah itu yakni melibatkan banyak pengedar kecil atau kelas pengecer. Paling banyak beredar adalah sabu dan putaw.
"Paling pengedar kelas menengahnya hanya ada 1. Tapi pengecernya itu yang banyak," kata Gembong.
Pengedar kelas menengah merupakan kategori pengedar yang bisa memegang sabu antara 1 sampai 2 kilogram setiap pekannya.
"Saya prediksi, di 3 lokasi itu setiap pekan itu sabu 1 kilogram saja habis. Itu nilainya sekitar 1,3 milliar sabu 1 kilogram itu," kata Gembong kepada Wartakotalive.com, beberapa waktu lalu di Polda Metro Jaya.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Tito Karnavian, mengatakan, Jakarta memang dijadikan pasar Narkoba oleh para pengedar.
"Sebab kehidupan ekonomi di Jakarta itu sudah amat baik.Pertumbuhan ekonomi bagus, artinya masih bertambah. Lalu kondisi ekonomi masyarakatnya pun baik. Makanya, Jakarta memang amat bagus untuk pasar Narkoba," kata Tito.
Ditambah lagi, ujar Tito, ada banyak pintu untuk membawa masuk Narkoba ke Jakarta.
Tak hanya bandara, tetapi banyak pula pelabuhan tikus yang tak terawasi untuk jadi pintu masuk Narkoba ke Jakarta.
Makanya, bagi pengedar, ucapTito, Jakarta adalah pasar potential.(ote)