Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budayawan Radhar Panca Dahana, menyesalkan tindakan sweeping yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) saat berlangsungnya acara penganugerahan Federasi Teater Indonesia (FTI) di Taman Ismail Marzuki (TIM).
Menurutnya, tindakan dari organisasi berlatar belakang agama itu menimbulkan kecemasan di masyarakat, khususnya untuk mereka yang profesinya di bidang budaya.
"Kalau dulu represif terhadap kegiatan kebudayaan vertikal dari penguasa. Sekarang malah horizontal, dari kalangan masyarakat atau organisasi yang ada di tengah-tengah kehidupan kita. Ini jelas sudah mencemaskan," kata Radhar di kawasan TIM, Jakarta, Senin (28/12/2015).
Radhar menuturkan, apa yang dilakukan organisasi berlatar belakang agama yang melakukan sweeping di tengah acara kebudayaan tak bisa dibiarkan. Karena menurutnya, masyarakat Indonesia telah memiliki wilayah masing-masing, baik itu ekonomi, politik, agama termasuk kebudayaan.
Apa yang terjadi malam ini, lanjut Radhar harus dijadikan pelajaran penting khususnya jika ingin memajukan kebudayaan. Karena menurutnya, hal ini kalau dibiarkan akan menjadi preseden yang buruk.
"Kecemasan ini diciptakan oleh bangsa kita sendiri. Ada tindakan melakukan pembusukan yang menghancurkan bangsa sendiri. Kekuatan agama jangan menekan budaya," tuturnya.
Masih kata Radhar, dirinya berpesan agar siapapun mereka yang organisasi berlatar agama tidak memaksakan hukum sendiri. Karena menurutnya, selama budaya tidak bertentangan dengan hukum legal formal Indonesia maka hendaknya perbedaan patut dihargai.
"Tak usah usik kerja orang lain. Bangsa berada jangan membuat kesan agama sepelekan budaya. Agama besar karena budaya," ujarnya.
Satu hal yang ingin ditegaskan Radhar adalah agar adanya jaminan dari pihak kepolisian agar acara-acara kebudayaan dapat berlangsung tanpa adanya gangguan. Karena menurutnya, polisi tidak boleh kalah dari organisasi-organisasi yang justru berpotensi mengancam keamanan dan ketertiban.
"Buat saya acara ini ada yang sabotase. Pihak keamanan tidak menghargai kebudayaan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, setiap kendaraan khususnya roda empat yang hendak masuk ke Taman Ismail Marzuki diminta membuka kaca mobilnya oleh sejumlah anggota Front Pembela Islam (FPI) yang berdiri di depan pintu masuk.
Rupanya, anggota FPI tersebut sedang melakukan sweeping terhadap seluruh pengunjung TIM. Para anggota FPI yang mengenakan atribut serba putih dan mengenakan peci tersebut mencari Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang hendak menghadiri acara Malam Anugerah Federasi Teater Indonesia di kawasan TIM.
Pengurus FPI, Abdul Majid, membenarkan pihaknya melakukan sweeping terhadap pengunjung TIM. Dikatakannya, hal itu dilakukan untuk memastikan agar Dedi tak menginjakkan kaki di Jakarta.
"Ini bukan cuma FPI, tapi seluruh masyarakat muslim dari Cikini, Kwitang, Kalipasir dan sekitarnya. Kam menolak Dedi Mulyadi menginjakan kaki di tanah Jakarta," kata Abdul.
Abdul menuturkan pihaknya sudah tidak dapat mentolerir tindakan Dedi yang telah membawa tindakan syirik di Purwakarta. Menurut pihaknya, Dedi telah membuat seribu patung yang telah mendekati perbuatan syirik.
"Kalau mau damai, stop kebijakan musyrik itu. Hancurkan patung di Puwakarta," tegas Abdul.