News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perampok Bersenjata Api Teror Bekasi

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya kawanan perampok bersenjata api di wilayah Kota Bekasi, membuat anggota polisi setempat kewalahan.

Bahkan tiga kasus perampokan yang terjadi dalam tiga hari berturut-turut pada pekan lalu, belum terungkap polisi. Hingga kini, kawanan perampok itu masih berkeliaran di luar.

Berdasarkan data yang dihimpun, kejadian pertama di Jalan Raya Wibawa Mukti, Jatiasih, Kota Bekasi. Enam perampok menyatroni sebuah perusahaan distributor makanan di sana pada Rabu (24/2/2016) dini hari.

Akibat kejadian ini, perusahaan mengalami kerugian mencapai Rp 25 juta.

Sehari kemudian, perampok beraksi di Jalan Agus Salim RT 10/07 Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Beruntung mereka tak berhasil mengambil sepeda motor korban, namun salah seorang warga justru terkena luka tembak saat mengadang pelaku yang hendak kabur.

Terakhir, Jumat (26/2/2016) malam, mereka mengacak-acak sebuah kantor perusahaan ekspedisi di Jalan Kedaung Kampung Cimuning, RT 01/04, Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

Selain menguras isi uang di dalam brankas dan harta benda dengan total ratusan juta rupiah, pelaku juga menyekap enam orang pegawai perusahaan.

Banyaknya aksi kriminalitas itu, membuat resah warga Kota Bekasi. Mereka menganggap, kinerja kepolisian tidak optimal, sehingga kejahatan rentan terjadi pada malam hari.

"Saya jarang melihat polisi patroli saat malam hari ke daerah pelosok atau perbatasan dengan wilayah lain. Operasi Cipta Kondisi (Cipkon) pun jarang dilakukan di jalan raya," ujar Mikael (34) warga Jalan Raya Hankam RT 02/05, Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi.

Mikael mengatakan, seharusnya polisi menguatkan personel pada malam hingga dini hari. Karena biasanya aksi kriminalitas terjadi pada waktu tersebut.
Dia meyakini, bila petugas mengubah pola keamanan pada malam hari, tindak kriminalitas bisa ditekan.

Tentunya, kata dia, masyarakat juga harus ikut menguatkan wilayahnya dengan rutin menggelar siskamling. Karena dia menilai, penjahat akan berpikir dua kali untuk beraksi bila melihat masyarakat solid dalam menjaga wilayahnya.

Senada diungkapkan Ivan Putra (24) warga Perumahan Wisma Jaya RT 02/03, Arenjaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Ivan menyayangkan, maraknya aksi perampokan di daerah mitra DKI Jakarta ini. Bahkan aksi mereka, membuat dia enggan keluar rumah pada tengah malam.

"Dulu, nggak terlalu khawatir keluar rumah tengah malam untuk beli cemilan, kalau sekarang saya jadi khawatir keluar rumah sendirian. Takut dirampok," kata Ivan.

Menanggapi hal ini, Kepala Sub Bagian Humas Polresta Bekasi Kota, Inspektur Satu Puji Astuti mengatakan, anggota Satuan Reserse Kriminal masih memburu kawanan perampok yang meresahkan masyarakat.

Puji membenarkan, tindak kejahatan biasanya terjadi pada malam dan dini hari.

Namun sayangnya, jumlah personel kepolisian yang disiagakan saat itu kurang optimal.

"Jumlah (personel) yang jaga saat malam memang tidak sebanyak saat pagi hingga sore hari. Namun demikian, kami akan terus bekerja secara maksimal," ujar Puji yang enggan membeberkan jumlah personel.

Puji mengakui, jumlah personel di Polresta Bekasi Kota memang tak sebanding dengan wilayahnya. Akibatnya, polisi menjadi kewalahan dan banyak daerah pelosok atau perbatasan yang kurang terawasi oleh polisi. Bahkan, kata dia, jumlah Kepolisian Sektor (polsek) tidak sebanding dengan jumlah kecamatan.

Menurut dia, Kota Bekasi hanya memiliki delapan kantor polsek dari 12 kecamatan yang ada. Idealnya, tiap kecamatan harus memiliki satu polsek untuk melayani masyarakat soal hukum.

Akibat kurangnya ketersediaan polsek di Kota Bekasi, maka terdapat empat kecamatan yang masih bergabung dengan polsek lainnya.

Seperti Polsek Pondokgede yang melayani wilayah Kecamatan Jatisampurna dan Pondokmelati, lalu Polsek Bekasi Timur yang melayani Kecamatan Rawalumbu dan Polsek Bantargebang yang melayani Kecamatan Mustikajaya.

"Jumlah keseluruhan personel kita ada 1.700 orang, jumlah ini memang kurang untuk menunjang pelayanan masyarakat soal hukum," kata Puji.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Edi Saputra Hasibuan mengungkapkan, seharusnya kepolisian setempat menyebar personel ke sejumlah titik-titik rawan.

Tidak hanya itu, polisi juga harus meningkatkan patroli, sehingga masyarakat merasa dilindungi dan diayomi aparat setempat.

"Untuk mengantisipasi aksi kejahatan, polisi perlu disebar di tempat rawan, tingkatkan patroli dan perkuat koordinasi dengan petugas keamanan perumahan, sehingga laporan kejahatan bisa segera ditanggapi," kata Edi.

Terkait kurangnya jumlah polsek, menurut dia, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian harus mengusulkan hal ini ke Markas Besar (Mabes) Polri. Karena soal kebutuhan personel dan anggaran, ranahnya ada di Mabes Polri.(Fitriyandi Al Fajri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini