TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa perwakilan dari Paguyupan Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) akhirnya berhasil bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informastika (Kemenkominfo) Rudiantara di kantornya, Selasa (23/3/2016).
Namun usai pertemuan, mereka kecewa dan mengamuk.
"Kepada saudara-saudaraku semua. Hari ini saya mewakili teman-teman dipanggil menghadap dan diterima Menkominfo. Tapi saya sangat menyesalkan," ucap Suharto, perwakilan dari PPAD dari atas mobil komando.
Alhasil, pernyataan Suharto itu langsung disambut oleh teriakan dan makian dari ratusan sopir taksi yang sudah berdemo sejak siang tadi hingga membuat jalan Medan Merdeka Barat lumpuh.
Suharto melanjutkan dari hasil pertemuannya dengan Menteri Rudiantara, tidak didapatkan keputusan yang jelas dan cenderung nasib para sopir taksi digantungkan.
"Beliau (Rudiantara) mengatakan tidak bisa menutup aplikasi Grab dan Uber. Saya tanya siapa yang bisa tutup aplikasi itu? Dia jawab tidak tahu," tegas Suharto menyampaikan perbincangannya dengan Rudiantara.
Ratusan sopir taksi pun menuntut Rudiantara mundur dari jabatannya bahkan memaki Rudiantara dengan kata-kata kasar yang tak pantas diucapkan.
Karena batas waktu demo dari kepolisian hanya hingga pukul 17.30 WIB, akhirnya massa memutuskan untuk bergeser melakukan aksi demo di Istana Negara.
"Karena batas aksi demo sampai pukul 17.30 WIB, kita putuskan kita geser saja demo di Istana. Ingat tetap damai jangan anarkis," tutup Suharto.
Untuk diketahui, sebanyak 5.000 personil Polda Metro Jaya dibantu prajurit TNI dan Mabes Polri dikerahkan mengamankan aksi unjuk rasa puluhan ribu pengemudi yang tergabung dalam Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) dan Forum Komunikasi Masyarakat Penyelenggara Angkutan Umum.
Para peserta aksi melakukan aksi turun ke jalan menuntut pemerintah menutup aplikasi angkutan online yang menggunakan mobil plat hitam. Aksi unjuk rasa ini akan berlangsung di depan gedung DPR dan Istana Merdeka pada Selasa (22/3/2016).