TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat IT Fahmi Fahruddin menilai munculnya transportasi berbasis aplikasi sudah terprediksi sebelumnya.
"Sebenarnya bisnis online itu sudah diprediksi, tidak mengagetkan," ujar Fahmi dalam diskusi terkait polemik taksi online yang digelar oleh Smart FM bersama Populi Center di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (26/3/2016).
Fahmi menjelaskan, terprediksinya bisnis online tersebut bisa dilihat dari kapasitas internet sebesar 2G ketika belum lama lahir.
Saat itu, kata Fahmi, internet hanya bisa menyajikan gambar atau foto dan tulisan saja karena kapasitasnya.
"Begitu 3G, data semakin besar diunggah. Maka masuk ke era marketplace. Jual baju, buku, misalnya amazon.com. Masuk 4G, itu masuk video on demmand. Terus berkembang sesuai dengan meningkatkan teknologi dan kapasitasnya itu. Kemudian berkembang secara global," kata Fahmi.
Fahmi melanjutkan, fenomena bisnis online tersebut sesuai perjalanannya mulai mengerucut menjadi local on demmand atau lebih kepada bisnis lokal.
"Local on demmand itu lebih kepada kebutuhan lokal, misalnya muncul taksi, belanja yang tadinya di mall, sekarang ada online shop," kata Fahmi.
Sehingga, tambah Fahmi, aksi unjuk rasa yang dilakukan para sopir taksi yang berujung pada bentrokan sopir taksi dengan pengendara transportasi beraplikasi online beberapa hari lalu hanya riak saja.
"Yang kemarin itu riak atau gejolak saja," tutur Fahmi.