TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Empat hari pasca-penggusuran Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Senin (15/4/2016) lalu, puluhan warga memutuskan untuk bertahan meski rumahnya telah rata dengan tanah.
Para warga yang bertahan memilih tinggal di perahu di sekitar lokasi penggusuran. Setiap perahu tak selalu ditempati oleh satu kepala keluarga (KK), ada pula perahu yang diisi oleh tiga hingga lima KK.
Pada malam hari, mereka tidur berdesakan di atas perahu.
Pantauan Kompas.com, Jumat (15/4/2016), pada siang hari, tidak banyak yang dilakukan warga. Mereka hanya duduk-duduk di atas perahu sambil berbincang.
Ada beberapa warga yang tidur dengan beralaskan tikar dan kasur busa. Anak-anak kecil tampak berkumpul di salah satu perahu, mereka mengobrol dan bermain bersama.
Salah satu warga, Onci (40), mengaku tidak bekerja karena perahunya digunakan untuk menampung barang dari rumahnya yang digusur.
"Gimana mau kerja, motornya (perahu) dipakai nampung barang," kata Onci.
Warga lainnya yang bertahan tinggal di perahu ada juga yang mencari penghasilan dari puing-puing sisa penggusuran. Khususnya para warga yang biasa bekerja sebagai kuli panggul, pada hari ini memilih menggergaji besi-besi sisa bangunan yang telah digusur.
"Iya ini lumayan, buat makan. Biasanya kerja di kapal, ngangkut barang," kata Juan (45).
Tak hanya warga Pasar Ikan, di lokasi sisa penggusuran juga nampak sejumlah warga Luar Batang. Para warga berkumpul dan berbincang di atas satu-satunya jembatan menghubungkan Pasar Ikan dengan Luar Batang. (Nursita Sari)