News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Top News

Mundurnya Wali Kota Jakarta Utara, Kepala BKD DKI: Ada Alasan Lain yang Sifatnya Pribadi

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Robertus Rimawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi.

TRIBUNNEWS.COM - Ada hal-hal yang sifatnya pribadi terkait mundurnya Rustam Effendi.

Hal tersebut disampaikan pada Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Agus Suradika yang sebelumnya sudah berbincang dari hati ke hati bersama Wali Kota Jakarta Utara tersebut.

Rustam sempat menyampaikan apa yang menguatkannya mundur sebagai Wali Kota Jakarta Utara kepada Agus.

Hal itu disampaikannya seraya menyampaikan surat pengunduran diri kepada Agus.

"Sebelum menyampaikan surat, kita ada diskusi kecil," ujar Agus di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (27/4/2016).

Pada kesempatan itu, Agus mempertanyakan, "Apa perasaan sebetulnya yang membuat Pak Rustam mau mengundurkan diri," imbuh dia.

Rustam menjawab bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menilai kinerjanya kurang optimal.

"Dari sisi lain, beliau mengundurkan diri supaya bisa dicarikan Wali Kota yang memiliki kinerja, yang lebih tinggi," ungkap Agus.

Namun begitu ada alasan-alasan lain yang sifatnya pribadi. Karenanya Agus enggan memaparkannya ke muka umum.

"Tidak patut saya ungkap di depan publik. Dan itu menjadi pemahaman kami bersama untuk saya mengantarkan beliau ke Pak Gubernur untuk menyampaikan pernyataan pengunduran diri," imbuh dia.

Sebelum benar-benar memutuskan untuk mundur jadi Wali Kota, Rustam terlebih dulu Salat Istikharah dan meminta tanggapan dari keluarga.

"Saya tanya, apa sudah direstui keluarga? 'Sudah'. Saya tanya, coba pikir sekali lagi dan sebaiknya Salat Istikharah. Dia bilang, 'sudah prof'. Dan beliau memutuskan ini jalan terbaik," ujar Agus.

Gaji Rustam turun drastis

Rustam Effendi kini menjadi staf di Badan Pendidikan dan Latihan (Diklat).

Surat pengunduran diri Rustam sebagai Wali Kota sudah ditandatangani Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Dengan Rustam menjadi staf, praktis gaji yang didapatnya turun drastis.

"Ketika seorang mengundurkan diri atau tidak diberikan lagi amanah sebagai pejabat eselon II memang drastis dari segi pendapatan yang biasanya Rp70-75 juta," ujar Kepala Badan Kepegawaian Daerah DKI Agus Suradika di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (27/4/2016).

Jika sebelumnya Rustam memperoleh pendapatan Rp75 juta perbulan, kini sebagai staf di Bandiklat, Rustam memperoleh pendapatan berkisar Rp12-13 juta.

"Saya kira dengan pendapatan ini kalau biasa hidup sederhana saya kira itu cukup ujtuk kebutuhan keluarga, tapi saya rasa itu sudah dipertimbangkan Pak Rustam," kata Agus.

Rustam mundur setelah sempat dituding bersekongkol dengan Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra.

Tudingan itu dilayangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Curhatan Rustam

Sebelumnya demi meluruskan tudingan Ahok, Rustam menuliskan curhatannya di akun Facebook pribadinya.

Tulisan itu berjudul "Bekerja dengan hati, suatu ironi".

Saat dikonfirmasi, Rustam membenarkan bahwa itu memang tulisan yang diungkapkan dari hatinya, "Iya saya yang buat," ucap Rustam saat dihubungi Minggu (24/4/2016).

Tulisan itu berisikan, bahwa Rustam sama sekali tidak bersekongkol dengan Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok mulai ngeles.

Ia menyebut tudingan yang dilayangkan kepada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi hanya gurauan.

Ahok menuding Rustam bersekongkol dengan bakal calon gubernur Yusril Ihza Mahendra.

Tudingan itu soal Rustam yang tidak menertibkan warga yang ada di bawah kolong tol di kawasan Ancol.

Ahok mengatakan tudingan yang dilayangkan saat menggelar rapat penanggulangan banjir, Jumat (22/4/2016), hanya bercanda.

"Saya bercanda kok di situ. Saya juga tahu dia tidak ada hubungan sama Yusril. "

"Saya cuma ledekin dia," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (25/4/2016).

Saat rapat Ahok mempertanyakan penyebab banjir di wilayah Pademangan, Jakarta Utara.

Saat itu Rustam mengatakan, bahwa saat itu rob sedang naik.

Sehingga pompa tidak bisa berfungsi.

"Lah aku kan lebih ngerti. Kamu tahu nggak kenapa nggak bisa bohongin saya soal rob? Saya tiap pagi kalau liat dari jendela rumah saya, saya langsung lihat laut naik berapa tinggi."

"Jadi jarak laut sama rumah saya itu paling 60 meter. 60 meter tuh masih jelas sekali tahu nggak. Jadi saya tahu kalau tembok kanal udah naik berapa saya tahu," katanya.

Ia pun langsung menanyakan informasi tersebut ke petugas pomp air.

Ia mempertanyakan apakah air pasang masuk ke daratan atau tidak.

"Saya tanya petugas pompa pintu air. Jam 10 saya panggil, saya jejerin, saya ngomong. Coba dengerin baik-baik semua. Ada nggak air laut masuk? Nggak ada pak. Bener nggak air laut masuk ke Ancol?"

"Nggak pernah pak. Nah dengerin ya pak Wali yah. Makanya aku ledekin dia," katanya.

"Kan saya ngomong, mana ada banjir? Saya tanya satu-satu. Memang air laut masuk? 'enggak pak'. Kok katanya (Rustam) ada air laut yang masuk?"

"Makanya gue ledekin, Wah jangan-jangan ini sengkongkol sama Yusril kalau gitu," imbuh dia.

"Terus dia bilang, 'enggak pak enggak pak'. Makanya kita ketawa. "

"Saya pikir dia tahu kok kita bercanda," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

Ahok beber dosa Rustam

Seusai Rustam mencurahkan perasaannya di akun Facebook-nya, Gubernur DKI Jakarta beber apa saja dosa-dosa Rustam selama bekerja menjadi Wali Kota Jakarta Utara.

"Bagi saya mau curhat seratus kali kek, mau seribu kali kek, ya kalian nilai sendiri saja."

"Cuma, orang ini memang aktivis, sekolah politik, jadi bagi saya ini berpolitik. Cuma untung saja dia punya Gubernur, aku mah nggak pedulilah lu mau berpolitik, yang penting kerjaan beres," kata Ahok, di Lapangan IRTI, Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (25/4/2016).

Satu kesalahan yang pernah dilakukan Rustam yaitu saat kasus banjir di Kawasan Berikat Nusantara (KBN).

"KBN itu di Cakung-Cilincing, saya bilang itu nggak mungkin tenggelam. Pasti ada yang nyumbatin saluran karena laut nggak pasang."

"Dia bilang laut pasang nggak turun. Saya panggil dia, saya bilang, hei kamu jangan terlalu banyak main-main politik loh saya bilang," cerita Ahok.

Selain itu, kesalahan lainnya saat Rustam membela Lurah Warakas.

Kata Ahok, terdapat banyak sampah di depan kantor Lurah tersebut.

"Saya bilang nih terlalu jorok, depan kantor lurah aja kalinya penuh sampah. Saya bilang tolong lurahnya diingetin. Jangan dibela-belain. Jangan bikin kubu-kubuan yang nggak seneng mau dikeluarin, saya ingetin terus," katanya.

Apalagi, lanjutnya, saat kasus pembongkaran kawasan Kalijodo.

Saat itu Rustam enggan mengeluarkan Surat Peringatan 1.

Termasuk saat pembongkaran Pasar Ikan, dimana, Rustam menyebut bahwa pemukiman tersebut memiliki sertifikat.

"Pasar ikan, dia ngotot ga mau bongkar, dia bilang ada sertifikat. Saya panggil lurah, camat, PD Pasar Jaya. Dia nggak mau bongkar.:

"Orang aset Pasar Jaya kok. Pasar Jaya kios dibuat rumah, ya jelas dong kita beresin. Dia juga nggak mau bergerak," katanya.  (Tribunnews/Dennis Destryawan/WartaKota/Mohamad Yusuf )

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini