TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek reklamasi di Utara Jakarta menjadi polemik.
Proyek yang rencana awalnya 17 pulau tersebut disinggung hanya untuk memenuhi hasrat orang kaya saja.
Apalagi harga hunian yang ditawarkan di pulau tersebut mencapai miliaran dengan mengorbankan warga dan nelayan pesisir pantai.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengatakan jangan sampai proyek reklamasi hanya diisi oleh orang kaya saja.
Sehingga secara tidak langsung membentuk zonasi wilayah antara orang kaya dan miskin.
"Saya tidak ingin di Indonesia ini ada benteng-benteng, benteng secara fisik atau non fisik. Artinya cuma orang kaya yang tinggal orang miskin mau digusur kemana? " kata Rizal saat tinjauan ke pulau Reklamasi, Rabu (4/5/2016).
Menurut bekas Menko perekonomian era Abdurrahman Wahid itu, jangan sampai Indonesia seperti negara di Amerika Selatan.
Menurutnya di sejumlah negara latin tersebut, kesenjangan antara kaya dan miskin sangat tinggi.
Saking lebarnya jurang kesenjangan tersebut orang kaya takut sama orang miskin.
"Jangan sampai terjadi di latin Amerika orang kayanya super kaya takut sama orang miskin rumahnya pakai benteng, kemana-mana pakai mobil anti peluru, dikawal pasukan lengkap, dikawal pakai tank," ujarnya.
Rizal yang pernah ditunjuk sebagai tim panel PBB di bidang ekonomi tersebut mengatakan seharusnya Indonesia mencontoh Singapura.
Di negara yang terletak di ujung semenanjung Malaya terebut pengaturan masyarakat dengan berbagai latar belakang diatur dengan baik oleh negara.
"Makanya kita juga perlu belajar dari Singapura dimana sosial integerasi diatur oleh negara. Contoh dibuat perumahan, dibikin social maps ada orang india, chinese, melayu dari berbagai strata," ujarnya.
Oleh karena ia meminta kepada pengembang pulau reklamasi untuk meninjau kembali pembangunan penambahan daratan tersebut. Proyek reklamasi harus memperhatikan aspek integrasi sosial masyrakat.
"Makanya saya minta ke pengembang untuk meninjau kembali pelaksanaan reklamasi," katanya.