TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski pecah pada Selasa 10 Mei 2016, penggusuran kawasan Dadap Cheng In, Kabupaten Tangerang, Banten, menjadi sorotan netizen.
Bukan hanya karena bentrokan yang terjadi, netizen juga menyoroti ketidakhadiran para aktivis yang 'bernyanyi' saat penggusuran Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.
"Dadap direlokasi rusuh loh. Aktivis yang kemarin rame-rame di kampung pulo sama luar batang kemana. Ngilang?" ujar salah seorang pengguna akun jejaring sosial Twitter bernama @singgihwidiyas.
Ada pula netizen yang bilang bahwa rakyat menjadi alat politisasi lantaran tidak adanya para 'pahlawan' Luar Batang saat penggusuran Kawasan Dadap.
"Rakyat jd alat politisasi, lucunya Dadap membara tidak ada tuh para tokoh 'pembela' yg kemarin nongol di Luar Batang," kicau pengguna akun @lippuex.
Bahkan salah seorang netizen dengan akun @taswarvespa2014 'mencolek' akun Twitter @Yusrilihza_Mhd milik bakal calon Gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra yang saat itu hadir dalam penggusuran Luar Batang.
"Biar nggak ketahuan banget Anda itu bela warga Luar Batang karena syahwat politik, sebaiknya Anda bela juga warga Dadap Tangerang. Korban gusuran Dadap Tangerang bukan wilayah @basuki_btp, kira-kira bisa dibela nggak pak kayak warga Luar Batang. Salam untuk Prabowo," kicau @taswarvespa2014.
Sementara itu, seorang netizen @andrea_lisavira juga ikut menyindir Ratna Sarumpaet, aktivis yang cukup vokal bahkan sempat diangkut polisi saat penggusuran Kampung Luar Batang.
Dalam kicauannya, netizen itu mengunggah kicauan akun @RatnaSpaet yang menuliskan "Aku bukan Pengawal Anggaran/LSM. Aku Ratna Sarumpaet. Aku akan mengejar siapapun yg lecehkan/sakiti rakyat Indonesia."
Lalu, netizen itu menyindir Ratna dengan kicauan, "Oh gitu ya? Rakyat Indonesia itu cuma Luar Batang ya bu? Kalau yang digusur di Dadap Tangerang, itu rakyat mana ya?"
Ada juga netizen bernama @lantip yang membanding-bandingkan kehadiran 'para pahlawan' itu saat penggusuran di Luar Batang dan Dadap dengan membuat tabel.
Seperti perang
Kawasan Dadap Cheng In seperti medan perang pada Selasa (10/5/2016).
Pemberitahuan Surat Pernyataan Kedua (SP-2) rencana penggusuran di wilayah tersebut berakhir chaos.
Kericuhan pecah saat petugas Satpol PP hendak masuk kawasan ini.
Warga sudah siaga dengan membentuk barikade menutup Jalan Perancis sebagai akses masuk ke wilayah Dadap Cheng In.
Perwakilan dari warga Dadap yakni Ijul (33) menceritakan detik-detik keributan yang mencekam pada saat itu.
"Beberapa hari lalu kami diberi surat SP-1, dari surat itu pada Selasa (10/5/2016) pemerintah layangkan SP-2," ujar Ijul saat ditemui Warta Kota di kawasan Dadap pada Rabu (11/5/2016).
Warga kompak membuat strategi pada Senin (9/5/2016) malam.
Mereka melakukan aksi demo dan menentang keras terkait rencana penggusuran ini.
Pada Selasa (10/5/2016) sekitar pukul 07.00 massa sudah ramai berkumpul. Jumlahnya lebih dari 500 orang.
Warga sudah menyiapkan ban untuk dibakar di tengah Jalan Perancis.
Aparat Satpol PP yang berusaha masuk pun berhasil dipukul mundur oleh warga.
"Satpol PP pengecut, mereka tidak berani dan berlindung kepada anggota polisi sehingga menyebabkan kericuhan," ungkap Ijul.
Petugas Satpol PP tak berdaya menghadapi warga Dadap. Pada siang harinya ratusan anggota polisi datang ke lokasi dan membuat beberapa barisan.
Massa dengan polisi pun akhirnya bentrok. Kedua kubu mengalami luka - luka akibat insiden ini.
"Ricuh berlangsung begitu saja, warga kami ada lima orang luka," katanya.
Dentuman gas air mata ditembakan polisi ke arah warga. Chaos semakin menjadi - jadi.
Warga berbekal batu, botol, kayu, hingga senjata tajam tak gentar menghadapi ratusan polisi. Suasana semakin mengerikan di kawasan Dadap.
Bahkan polisi menambah personel ke lokasi guna meredam amukan warga yang semakin beringas.
Jajaran Polda Metro Jaya turun langsung ke kawasan Dadap Cheng In ini.
Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti memimpin pasukannya di lokasi.
Krishna tampil elegan berjalan kaki menuju barikade kerumunan warga.
"Pak Krishna sendirian, dilempar baru tapi tetap maju juga. Dia malah mengajak warga untuk ngobrol bareng," ucap Ijul.
Menurut warga Dadap, Krishna merupakan sosok polisi yang bijaksana.
Ia pun berhasil meredam luapan emosi massa kala itu.
"Kami berbicara bareng dengan Pak Krishna, dan beliau meminta pasukannya untuk mundur tak mengepung kawasan ini. Kami juga meminta agar polisi tak terlibat dalam penggusuran di tempat kami," paparnya.
Sebelum adzan Magrib, warga pun mulai memadamkan api yang terbakar pada ban ditaruh di tengah jalan.
Mereka perlahan - lahan mulai beranjak pulang ke kediamannya, dan akses jalan pun sudah bisa dilalui kembali.