Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terik matahari Minggu (5/6/2016) tidak menyurutkan langkah Mbah Rukdi untuk mengais rezeki sebagai pemimpin doa para peziarah di TPU Karet Bivak.
Mengenakan baju koko putih dan sarung lusuh, bersandal jepit seadanya, pria berusia 71 tahun itu menawarkan jasa membacakan doa kepada peziarah yang datang ke makam saudara mereka.
"Kalau dipanggil ya ayo saja saya mah. Kadang ya kalau tidak mau, saya tawarkan ke orang lain yang datang," Mbah Rukdi membuka cerita saat ditemui di TPU Karet Bivak.
Tradisi ziarah makam sebelum Ramadan bagi Rukdi sebagai momen yang jarang terjadi. Dia baru pertama kali menjadi pembaca doa, tidak memaksakan peziarah untuk memakai jasanya.
Dengan jalan terseok karena kaki kanannya terkena penyakit, tidak menghentikan langkah Rukdi untuk mengais rejeki dari para peziarah yang datang.
Dia yang sebelumnya bekerja sebagai petani, baru bekerja menjadi pembaca doa pada Senin (30/5/2016) lalu. Sudah puluhan keluarga yang memakai jasanya.
Tanpa mematok harga, pria yang sudah dikaruniai empat cucu itu ikhlas mendapatkan berapapun yang diberikan peziarah kepada dirinya.
"Ada yang Rp 10 ribu, alhamdulillah, Ada yang Rp 25 ribu, alhamdulillah, ada yang Rp 5 ribu alhamdulillah. Bersyukur saja," jelas Mbah Rukdi.
Setidaknya selama seminggu dia bekerja, Rukdi sudah mengumpulkan uang sekitar Rp 400 ribu dan akan diperuntukkan saat Ramadhan tiba.
"Untuk makan, sahur, buka. Biaya sehari-hari di rumah," tambah dia.
Setelah seminggu menginap di rumah keluarganya di Kampung Melayu, Rukdi rencananya akan kembali lagi ke Banten tempat istri dan anaknya tinggal dan berlebaran di sana.
"Insya Allah saya pulang sore ini. Mudah-mudahan istri saya senang dari yang sudah saya dapat," kata dia.