News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Sandiaga Uno Kritisi Melonjaknya Harga Daging

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kandidat Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno memberikan keterangan kepada para awak media, usai melakukan blusukan ke kampung di Jl. Patra Kuningan 15, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Kamis (26/5/2016). Dalam keterangannya, ia mengkritik gubernur petahana yang gagal mengendalikan harga sembako. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta dari Gerindra Sandiaga Uno soroti kenaikan harga bahan pokok dan makanan selama bulan ramadan.

Sandiaga yang merupakan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyatakan, terdapat permasalahan pada sistem perdagangan pangan.

"Masalah tersebut diperparah dengan sistem produksi pertanian yang tidak efisien serta sistem perdagangan yang tertutup," ujar Sandiaga di Jakarta, Jumat (17/6/2016).

Diketahui harga daging rata-rata di pasar tradisional, yakni Rp115 ribu. Masih jauh dari target pemerintah Rp 80.000.

Sandiaga menyoroti kebijakan impor daging beku yang dilakukan pemerintah. Sandiaga menyebut impor daging beku hanya sebagai solusi jangka pendek.

Kebijakan Pemerintah yang menunjuk 10 perusahaan baru tanpa melibatkan stakeholder lama, Asosiasi Pengimpor Daging Sapi (APSIDI) juga dipertanyakan.

"Perlu diingat juga konsumen daging sapi dan kebanyakan masyarakat Indonesia tidak terbiasa mengkonsumsi langsung daging beku, hal ini yang menjadi pertanyaan, apakah daging beku akan laku di pasaran atau tidak," ucapnya.

Berkaitan dengan hal tersebut Sandiaga juga menyoroti lemahnya perencanaan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tidak mampu membaca perilaku supply dan demand pasar.

"Pemprov DKI harusnya lebih cepat tanggap dalam menanggulangi masalah kenaikan harga ini.Jika terus dibiarkan berlarut-larut tentu akan sangat merugikan masyarakat," imbuh Sandiaga.

Sandiaga menepis anggapan jika kenaikan harga yang terjadi belakangan akibat ulah spekulan.

"Berdasarkan data APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia) faktor kenaikan harga akibat spekulan hanya 5-10%," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini