TRIBUNNEWS.COM -- Abdul Rohim (50) adalah seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai sopir pribadi di kawasan Jakarta Barat. Setiap hari, dia berangkat dan pulang kerja mengendarai sepeda motor.
Rute yang dia lalui pun selalu sama, dari Pesing menuju Grogol melalui flyover Roxy hingga Harmoni. Sepanjang jalan itu terdapat deretan tukang tambal ban yang terlihat sering ramai didatangi pengendara sepeda motor dalam kondisi bannya kempis.
Sekitar awal 2010, Rohim menjadi salah satu pelanggan sejumlah tukang tambal ban tersebut. Hampir setiap hari, ban sepeda motornya bocor akibat terkena benda tajam, mulai dari paku, jari-jari payung, sampai benda-benda lainnya.
"Saya dulu korban. Mobil bos saya juga kena ranjau paku. Pas tahu banyak paku, saya pikir, harus ada yang bersihin jalan dari ranjau paku. Itu akhir tahun 2010. Sebelum dan sesudah kerja, saya mungutin paku manual pakai tangan, mulai dari Taman Kota sampai Green Garden," kata Rohim di kediamannya, Senin (9/5/2016).
Rohim tergerak mengumpulkan ranjau paku karena melihat banyaknya korban. Suatu ketika, dia mendapati ada satu keluarga yang menuntun sepeda motor dengan kondisi ban kempis pada malam hari. Saat itu cuacanya mendung dan sedang gerimis.
Hal itu membuat Rohim tersentuh dan akhirnya merasa lebih yakin untuk mengumpulkan ranjau paku.
"Hati saya menangis. Saya merasa terpanggil. Minimal bisa membantu meminimalisasi dampak ranjau paku ini," tutur Rohim.
Berbekal panggilan hati, Rohim mulai mengumpulkan ranjau paku setiap hari. Belum ada alat dan teman, Rohim mengambil satu per satu paku yang dilihatnya di jalan dengan tangan.
Tindakan Rohim berbuah manis. Pada awal 2011, Rohim bertemu dengan Siswanto (42), pengendara sepeda motor yang memiliki keinginan yang sama untuk membersihkan ranjau paku di jalan.
Dari sana, tercetus ide membentuk komunitas dengan nama Sapu Bersih (Saber), relawan pengumpul ranjau paku.
Cara mengumpulkan paku semakin berkembang, yaitu dengan menggunakan magnet yang dimodifikasi. Modal modifikasi magnet itu sekitar Rp 50.000.
Kegiatan Rohim dan Siswanto menarik perhatian pengguna jalan sehingga anggota Saber terus bertambah. Setiap mereka membersihkan ranjau paku, banyak warga yang mendukung, menyemangati, dan memberi makanan.
Bertaruh nyawa
Pengalaman anggota Saber saat mengumpulkan ranjau paku tidak main-main. Berada di jalan pada jam sibuk menjadi tantangan tersendiri.
Seperti yang pernah dialami oleh Rohim ketika dia tertabrak oleh pengendara sepeda motor di flyover Roxy.
"Saya ketabrak sama motor, kepala langsung jatuh ke belakang, pas diobatin ada 12 jahitan. Saya sempat enggak nyaber dulu beberapa hari karena badan masih lemas," ujar Rohim.
Rohim menuturkan, ancaman juga pernah datang dari oknum tukang tambal ban yang mengganggu pembersihan ranjau paku.
Sementara itu, Siswanto mengaku pernah dihampiri dua anak muda yang berboncengan naik sepeda motor dan berusaha memukul dirinya. Kondisi saat itu, Siswanto sedang nyaber sendirian, pagi hari sebelum matahari terbit.
"Dari jauh sudah ada yang mepet-mepet, saya kayak mau dipukul pakai kayu. Untung badan saya lumayan gede, jadi sudah siap kalau ada kayak begitu, he-he-he," selorohnya.
Bahkan, ada juga ancaman yang diterima melalui SMS karena Rohim dan anggota Saber lainnya menyertakan nomor kontak di akun media sosial.
"Diancam, saya mau dibunuh itu sudah biasa. Tapi, selama saya berbuat benar, saya enggak takut, maju terus," kata Rohim.
Saking seringnya mengumpulkan ranjau paku, anggota Saber sudah paham modus yang digunakan penyebar paku, yaitu menaruh paku dalam plastik hitam atau di dalam kotak korek api dan dijatuhkan di jalan.
Mereka juga tahu tukang tambal ban yang kerja dengan benar dan tukang tambal ban yang curang.
"Cara ngebedainnya gampang, kalau di satu tempat tukang tambal ban cuma ada satu atau dua orang, itu tukang tambal ban yang benar. Tetapi, kalau yang jaga ramai, itu ada oknum yang nyebar paku," tutur Rohim.
Banyaknya ancaman dan tantangan membuat dukungan terhadap Saber sangat tinggi. Komunitas Saber pernah diberi penghargaan oleh Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin pada 31 Oktober 2011.
Saat itu, komunitas Saber diundang ke Kantor Wali Kota Jakbar untuk mengikuti apel dan menerima penghargaan serta bantuan.
Beberapa bulan kemudian, Saber juga diberi penghargaan oleh Kapolda Metro Jaya saat itu, Inspektur Jenderal Untung S Rajab, atas dedikasi mereka dalam melayani masyarakat. Penghargaan diberikan pada 11 Januari 2012. Sejak saat itu, Saber resmi ditetapkan sebagai mitra polisi dan mengenakan seragam resmi dari Ditlantas Polda Metro Jaya.
Sampai saat ini, anggota Saber berjumlah sekitar 40 orang, yang terdiri dari pengemudi ojek, pekerja bangunan, karyawan swasta, sopir angkutan umum, mahasiswa, dan sebagainya.
Area operasi Saber masih terbatas karena minimnya personel dan ada di antara anggota yang tidak nyaber setiap hari.
"Sebenarnya Saber masih kekurangan orang. Kami belum bisa jangkau daerah yang jauh, kayak Jakarta Utara sama Jakarta Selatan, Jakarta Timur sama Bekasi. Padahal, di sana juga banyak ranjau pakunya, enggak kalah banyak sama Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Malah paku paling banyak itu di Ring Satu, kayak Jalan Veteran, Medan Merdeka Utara, itu parah sekali," ujar Rohim.
Dalam sehari, satu anggota Saber bisa mengumpulkan 7 sampai 10 kilogram paku. Jumlah paku yang telah terkumpul hingga saat ini, dari seorang anggota saja, bisa sampai 4 ton.
Paku-paku yang terkumpul itu dijual per kilogram kepada tukang barang bekas dan uang hasil penjualan itu digunakan untuk biaya operasional Saber.
Kegiatan ini merupakan contoh nyata gerakan dari mereka yang peduli terhadap kondisi di DKI Jakarta. Anggota Saber berharap Pemprov DKI Jakarta dapat mendukung dan menindak tegas oknum tukang tambal ban yang bertindak curang dengan menyebar ranjau paku di jalan.
Komunitas Saber adalah satu dari delapan komunitas yang kami angkat kisahnya dalam Visual Interaktif Kompas (VIK). Simak lebih jauh kisah inspiratif mereka dalam VIK Jakarta yang Menginspirasi. (Andri Donnal Putera)