News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Vaksin Palsu

Pemalsu Vaksin Anak Pernah Jadi Perawat di RS Hermina Bekasi 9 Tahun

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Produsen vaksin palsu, Rita Agustina rupanya pernah bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Hermina, Jalan Kemakmuran, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi.

Rita pernah bekerja di rumah sakit swasta tersebut selama sembilan tahun.

"Iya betul, yang bersangkutan (Rita) pernah bekerja di rumah sakit ini terhitung sejak Januari 1998 sampai Agustus 2007 atau sembilan tahun," ujar Syarifudin, Wakil Direktur Umum RS Hermina Bekasi Selatan pada Senin (27/6).

Syarifudin menjelaskan, Rita mengundurkan diri dengan alasan ingin meneruskan usaha miliknya, yaitu toko pakaian dalam di mal Bekasi Square, Bekasi Selatan.

Selama bekerja di rumah sakit itu, kata Syarifudin, Rita tak pernah memiliki gelagat yang mencurigakan.

Padahal empat tahun sebelum mengundurkan diri dari rumah sakit itu, tersangka sudah memproduksi vaksin palsu sejak tahun 2003. "Orangnya biasa saja, tidak ada tanda-tanda yang aneh," kata Syarifudin.

Menurut Syarifudin, selama ini Rita ditugaskan sebagai perawat bagi pasien rawat jalan atau rawat inap.

Tidak ada jabatan khusus yang disandang oleh wanita berhijab ini.

"Dia hanya perawat biasa yang bertugas membantu dokter dalam menangani pasien rawat jalan atau rawat inap," jelasnya.

Wakil Direktur Medis RS Hermina Bekasi Selatan, Dian Eka Wati memastikan, rumah sakit yang dikelolanya itu bebas dari vaksin palsu, meski salah satu tersangka pernah bekerja di RS Hermina Bekasi Selatan.

Dia menjelaskan, setiap pengadaan obat, alat medis termasuk vaksin selalu berpusat pada Departemen Logistik Hermina Hospital Group, sehingga pengadaan selalu diawasi oleh Hermina Pusat.

"Kami tidak pernah melakukan pengadaan obat, atau vaksin lewat perorangan atau CV (perusahaan kecil). Karena pengadannya sudah diatur oleh depertemen kami, sehingga segala obat sudah didrop dari pusat dan kami tinggal mengambilnya," jelas Dian.

Tak hanya itu, ujar Dian, ketika vaksin di rumah sakit habis pihaknya tidak berani melakukan transaksi sendiri.

Bagian farmasi di rumah sakit lalu akan mengeluarkan surat edaran ke seluruh dokter bahwa stok obat di sana telah habis.

Dia mencontohkan, seperti vaksin untuk penyakit hepatitis B. Sejak beberapa hari, vaksin tersebut mengalami kelangkaan, sehingga pihak rumah sakit terpaksa tidak bisa melayani pasien sesuai permintaan.

"Kalau tidak ada, yah tidak bisa dipaksakan. Makanya, banyak pasien yang sudah datang ke rumah sakit, terpaksa pulang," kata Dian.

Terkait inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi pada Jumat (24/6) lalu, menurut Dian itu merupakan hal yang biasa.

Sebab instansi pemerintah memang rutin melakukan sidak ke sejumlah rumah sakit untuk melihat persediaan obat atau fasilitas di sana.

"Mungkin karena sekarang moment nya ada vaksin palsu jadi masalahnya besar, padahal inspeksi ini rutin dilakukan," ucap Dian.

Oleh karena itu, Dian pun mengklaim bahwa rumah sakit yang dikelolanya bebas dari vaksin palsu. Hal ini akan diperkuat oleh surat edaran dari dinas terkait ihwal rumah sakit mana saja yang vaksinnya sesuai standar.

"Informasi yang saya terima, siang ini dinas terkait akan memberikan pernyataan resmi melalui surat edaran terkait rumah sakit mana yang vaksinnya sesuai standar," katanya. (Fitriyandi Al Fajri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini