Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Moechgiyarto meminta untuk tidak membesar-besarkan insiden pemukulan yang dialami salah satu dokter pemberi vaksin palsu.
Ditemui di Mapolda Metro Jaya, ia menolak menyatakan aksi pemukulan tersebut sebagai tindakan anarkis.
"Hah, aksi anarkis? ngarang-ngarang aja, itu bukan anarkis, pengertian anarkis itu apa sih? Jangan terlalu dibesar-besarin lah," ujar Irjen Pol Moechgiyarto, saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Kamis (21/7/2016).
Anarkis menurutnya, aksi yang melibatkan banyak orang yang bersifat merusak dan menyerang, adapunĀ pemukulan yang terjadi pada dokter tersebut merupakan bentuk dari kesalahpahaman.
"Itu karena salah paham, orang mendorong kemudian memukul, bukan namanya anarkis, anarkis itu kan massa yang banyak, menyerang merusak itu namanya anarkis," tegasnya.
Jenderal bintang dua itu menuturkan kemarahan orangtua korban vaksin palsu masih tergolong wajar.
"Itu hanya salah paham, karena dia emosional itu hal yang masih wajar,".
Lebih lanjut ia menambahkan, pihaknya telah melakukan kerjasama dengan Menteri Kesehatan Nila Moeloek terkait pendataan warga DKI yang mengajukan protes atas adanya vaksin palsu.
"Tapi kita mengantisipasi, kan ada 14 rumah sakit itu kan, sekarang sudah kita buat posko, kita bersama-sama dengan Menteri Kesehatan, dinas kesehatan di wilayah DKI itu mendata mana masyarakat yang mau protes," jelasnya.
Ia pun menyebut vaksin ulang sebagai salah satu penyelesaian permasalahan tersebut.
"Nanti di cek di situ, salah satu penyelesaiannya ada yang divaksin ulang dan sebagainya, itu yang kita lakukan," katanya.