News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

DR Mahatir Mohamad di UBK Ungkap Jenis Masyarakat yang Tak Mungkin Capai Kesejahteraan

Editor: Robertus Rimawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Perdana Menteri Malaysia, DR Mahathir Mohamad bersama Pendiri UBK Rachmawati Soekarnoputri saat jumpa pers, Senin (25/7/2016). Mahatir beri orasi ilmiah saat Dies Natalis UBK, ia bicara tentang korupsi yang telah merajalela dan patut diantisipasi.

Dan apabila rakyat menerima sogokan dalam proses pemilihan, maka masyarakat sebenarnya akan kehilangan kekuasaan dan kebaikan demokrasi.

"Kalau sesuatu masyarakat itu tidak melawan rasuah (korupsi), maka masyarakat itu tidak akan berjaya."

"Hari ini kita lihat ada negara-negara maju, kemajuannya cemerlang, tapi ada negara demokratik, tapi tidak dapat maju."

"Semua ini bergantung pada budaya masyarakat, apa nilai hidup yang dipegang oleh masyarakat."

"Disiplin, tidak mengikuti nafsu, maka masyarakat akan cepat berjaya. Tetapi kalau mereka tidak bergantung pada nilai-nilai mulia, maka mustahil masyarakat itu akan berjaya," ungkap Mahathir.

Kalau masyarakat sanggup membedakan mana yang baik dan buruk, dan sanggup mengganti dengan yan baik, Mahathir yakin masyarakat itu akan jadi maju.

"Tidak ada yang kekal dalam kehidupan manusia. Kita semua tahu, tentang amanah, disiplin. Ini adalah nilai-nilai yang baik yang bisa menjayakan kita," katanya.

Mahathir mengingatkan, bila masyarakat mengizinkan dan menganggap rasuah sebagai hal biasa, maka pemimpinnya juga akan terlibat rasuah.

"Rasuah (korupsi) adalah amalan yang tidak baik dalam masyarakat. Apabila disogok walaupun sedikit, berarti rakyat menjual kuasa, pemimpinnya juga hasil rasuah, rakyatlah yang akan menderita," tegas Mahathir.

Sementara itu, saat menyampaikan sambutan Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa ideologi negara Indonesia sudah ditukar dengan budaya baru melalui globalisasi dan demokrasi liberal.

Hal ini terjadi di bawah rezim kapitalisme yang sangat sentralistik dan totalitarian.

"Sebagaimana kita ketahui, sebagai dampak globalisasi, pasar bebas, dan Teknologi Informasi, telah melemahkan struktur fungsi dan peran bangsa," tegas Rachma.

Ideologi, budaya dan konstitusi yang selama ini menjadi identitas setiap negara dipaksa tunduk kepada suatu ideologi dan budaya baru melalui demokrasi liberal di bawah rezim kapitalisme.

Indonesia juga dilanda wabah serupa. UUD 1945 hasil empat kali amandemen sangat bersifat liberal kapitalistik.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini