Sementara saat berdoa dan berzikir, petugas jaga pun mendampingi Freddy karena sesuai prosedur tetap (protap) penjagaan khusus terhadap terpidana mati.
“Freddy beberapakali salat Azar kemudian zikir hingga magrib. Penjaga pun menungguinya sampai ibadah itu rampung,” ujarnya.
Harus Dipenuhi
Sumber lain menceritakan bila segala permintaan terpidana mati telah diusahakan dipenuhi oleh pihak otoritas penjara atau ruang isolasi.
Misalnya minta makanan tertentu, maka pihak kemenkumham akan menyediakannya.
“Jelang eksekusi, beberapa terpidana mati asal Nigeria meminta makanan khas Afrika, Fufu. Permintaan mereka pun dipenuhi,” ungkap sumber itu.
Permintaan yang cukup unik saat berada di ruang isolasi datang dari terpidana Michael Titus Igweh.
Kepada para petugas jaga, Titus mengungkapkan keinginannya berhubungan seks dengan sang istri.
“Dia bilang ingin ‘ciki-ciki’, itu adalah istilah yang biasa dipakai terpidana Nigeria saat di dalam penjara jika ingin berhubungan seks. Permintaannya itu telah diteruskan kepada pihak otoritas penjara setempat, namun kabarnya pihak otoritas tidak berhasil menghubungi sang istri sehingga permintaan tersebut akhirnya tak dapat terpenuhi,” ujar seorang sumber.
Kamis (28/07/2016) sekitar pukul 23.15, empatbelas terpidana mati dibawa ke luar dari ruang isolasi menuju ke Pos Polisi Nusakambangan.
Satu terpidana mati naik di satu mobil. Saat berjalan dari ruang isolasi, terpidana mati terlihat dipapah aparat yang membantu mereka untuk berjalan.
“Membawa terpidananya agak digotong karena mereka dalam kondisi terborgol pada bagian kaki, leher, dan pinggangnya. Tangannya diborgol ke belakang, tidak ke depan. Satu terpidana mati dijaga oleh sekitar 30 aparat, jadi kalau dilihat dari terpidananya tertutupi oleh puluhan aparat,” katanya.
Saat itu, sumber Tribunnews mengaku berada di sekitar area lapangan yang menjadi tempat eksekusi mati.
Sekitar pukul 00.00, handphone milik seorang pejabat kejaksaan berbunyi dan sempat menyita perhatian sejumlah orang yang berada di lokasi kejadian.