TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Beben (30) pekerja harian lepas (PHL) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Joglo, Kembangan, Jakarta Barat tampak sibuk di area makam.
Ia mencabuti rumput-rumput yang tumbuh liar di kuburan TPU Joglo itu.
Lelaki berusia 30 tahun tersebut memang bekerja sebagai tukang penggali kubur. Beben juga kerap membersihkan dan merawat sejumlah kuburan yang ada di sekitar pemakaman ini.
Dia menjalani profesinya sebagai penggali kubur sedari usianya masih belasan tahun. Sudah lebih dari 10 tahun Beben berkecimpung dengan pekerjaannya itu.
Pria asli Betawi ini mengungkapkan sangat menikmati dan mensyukuri dari hasil jerih payahnya menggali kubur. Ia mendapat upah seikhlasnya dari keluarga orang yang dimakamkan.
"Ya dulu sih bareng temen-temen gali kubur, hasilnya dibagi rata. Paling, satu orang dapet Rp. 20.000," ujar Beben saat ditemui Warta Kota di TPU Joglo belum lama ini.
Namun Beben tetap menekuni pekerjaannya itu. Hingga pada akhirnya ia diangkat sebagai PHL di TPU Joglo.
"Sama pak Ahok (Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama) saya diangkat jadi PHL dan gajinya sekarang Rp. 3,1 juta jadi penggali kubur," ucapnya.
Menjadi penggali kubur, Beben pun menceritakan segala pengalamannya. Ia menggali tanah untuk liang lahat hanya membutuhkan waktu selama 2 jam.
Dengan menggunakan cangkul dan peralatan seadanya Beben menggali tanah tersebut hanya seorang diri. Tapi dirinya banyak mengeluarkan tenaga sehabis melakukan pekerjaan beratnya ini.
"Ngegali kuburan cuma 2 jam itu saya lakukan hanya sendirian. Capek pastinya, banyak tenaga yang dikeluarkan, dan saya juga makannya banyak biasanya habis 2 piring," kata Beben yang berperawakan tinggi besar ini.
Ayah dari satu anak itu juga mengatakan bahwa dirinya tak pernah menemukan benda - benda aneh di dalam tanah selama saat menggali. Namun kejadian aneh atau mistis kerap kali menghantuinya.
"Saya pernah diganggu hantu cewek, itu kuntilanak. Saya menggendongnya, dia (kuntilanak) naik ke punggung saya," ungkap Beben.
Kejadian tersebut berlangsung malam hari. Saat itu Beben harus menggali kubur untuk korban kecelakaan yang meninggal dunia sekitar pukul 01.00.
Suasana kuburan sepi dan senyap, Beben terus menggali bersama satu orang temannya. Suara cekikikan dari perempuan berkumandang di area pemakaman.
"Tiba - tiba aja kuntilanak itu naik ke punggung saya. Dia pakai kalung, kalungnya ular. Tapi saya terus baca bacaan doa," tuturnya.
Beben mendapat pelajaran berharga dari guru mengajinya. Menjadi penggali kubur, ia diwajibkan untuk tak gentar untuk menghadapi makhluk halus itu.
"Saya baca doa terus, dan minta untuk kuntilanak itu biar enggak ganggu. Akhirnya kuntilanak itu pergi setelah saya bacakan doa," papar Beben.
Kejadian mistis semacam ini memang sering kali dihadapi Beben. Sudah menjadi penggali kubur lebih dari 10 tahun, Beben pun terbiasa dengan keadaan horor itu.
"Waktu itu juga ada yang ngubur, tapi keluarganya enggak dibolehin tali pocongnya dibuka. Mungkin saat itu keluarganya belum bisa mengikhlaskan. Sudah beberapa harinya ada pocong di kuburan ini, saya pernah lagi tidur saat sedang jaga terus diganggu pocong itu," katanya.(Andika Panduwinata)