TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Toksikologi dari Universitas Udayana Bali, I Made Agus Gelgel Wirasuta, menilai kasus pembunuhan menggunakan racun kepada aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir, lebih sulit diungkap daripada kasus Wayan Mirna Salihin.
Pada waktu itu, kasus pembunuhan Munir sulit karena keterbatasan sarana dan prasarana sehingga Indonesia memerlukan bantuan dari negara lain.
Sementara itu, kasus pembunuhan Mirna menjadi menarik karena disorot awak media serta mendapatkan perhatian dari masyarakat.
"Ini (kasus pembunuhan Mirna) tidak ada masalah cuma yang membuat masalah kalian (awak media). Kasus ini menjadi ramai. Sinetron menjadi panjang. Jadi menarik buat masyarakat," kata Gelgel di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Selain dua kasus yang menjadi bahan perbincangan di masyarakat itu, kata dia, ada sejumlah kasus pembunuhan menggunakan racun lainnya.
Namun, karena terjadi di daerah sehingga luput dari pemberitaan.
"Banyak kasus kematian karena sianida. Di Bali ada dukun, pasien dikasih obat ternyata potas itu juga sianida, tetapi tak terekspose seperti ini. Karena apa? Interest masyarakat tidak tinggi. Nilai jual berita tidak begitu hebat," tambahnya.