News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tewas Usai Ngopi

Ahli Toksikologi: Obat di Dalam Tas Jessica untuk Orang yang Panik Luar Biasa dan Sering Kejang

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Robertus Rimawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa Jessica Kumala Wongso mendengarkan kesaksian saat sidang lanjutan pembunuhan Wayan Mirna Salihin di PN Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016). Pada sidang tersebut dihadirkan ahli digital forensik Mabes Polri AKBP Muh Nuh Al Azhar yang membeberkan hasil pemeriksaan forensik dari beberapa kegiatan Jessica yang terekam CCTV memperlihatkan terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso di kafe Olivier. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah obat-obatan pernah ditemukan di dalam tas Jessica Kumala Wongso, terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, saat dilakukan pemeriksaan.

Ahli Toksikologi dari Universitas Udayana Bali, I Made Agus Gelgel Wirasuta, menyebutkan beberapa jenis obat yang ditemukan di dalam tas Jessica tersebut.

Obat pertama adalah Bioderma.

Ini merupakan obat untuk kosmetik kulit. Obat kedua adalah Sandoz Setraline. Ini merupakan obat untuk depresi.

"Orang-orang memakai ini (Sandoz Sertraline,-red), panik luar biasa meskipun tanpa masalah, sering kejang. Untuk menyeimbangkan kondisi," tutur Gelgel di persidangan kasus pembunuhan Mirna di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).

Obat ketiga adalah Razole. Ini merupakan obat untuk menekan pengeluaran asam lambung.

Kemudian obat keempat adalah Maxpharm.

Ini merupakan obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Obat kelima adalah Provelyn 75 mg.

Ini merupakan obat untuk menghilangkan nyeri saraf periper.

Dari semua obat di tas Jessica, hanya satu obat yang bisa dibeli tanpa menggunakan resep dokter atau dijual bebas.

Sementara sisa, obat yang tidak dijual bebas karena dosis harus ditentukan dokter

"Sandoz, Razole, Maxpharm, dan Provelyn 75 mg tidak boleh dijual beli bebas tanpa resep dokter, wajib dengan resep dokter. Kalau Bioderma boleh bebas," tambahnya.

Kematian Mirna

Sementara itu di kesempatan yang sama, ahli Toksikologi juga menjelaskan soal kematian Mirna.

Gelgel memastikan kematian Mirna karena zat sianida. Ini setelah diautopsi oleh dokter forensik dari Mabes Polri.

"Berdasarkan data ini saya mencoba menerjemahkan dan korban terekspose meminum dengan minum bersianida," kata Gelgel.

Setelah minum minuman yang mengandung zat sianida, kata dia, ini memberikan efek sesuai kasus seperti sianida, yaitu memberikan efek iritasi dan terjadi rasa pedas.

Menurut dia, kopi sianida yang masuk ke lambung Mirna akan memberikan rasa panas dan efek kerusakan di lambung.

Hal ini karena, sianida masuk dalam jumlah relatif besar.

"‎Ini menjadi bukti apa yang diungkap dari lambung korban menyebabkan korosit dari efek yang ditimbulkan," kata dia.

Dia menjelaskan, racun sianida mampu mengikat kuat oksigen di tubuh manusia.

Sehingga, memberikan efek kekurangan oksigen dan membuat tubuh pusing karena mengalami kelebihan dosis.

Selain itu, efek lainnya, korban akan mengalami kejang-kejang dimana nafas menjadi terengah-engah karena tubuh kekurangan oksigen.

"Korban meninggal karena kekurangan oksigen dalam jumlah besar. Dan fakta ini sudah cukup menjelaskan reaksi bagaimana itu sianida," ujarnya.

Berdasarkan dari data dan barang bukti terjadi kadar racun sianida yang tinggi dalam lambung Mirna.

Di BAP korban merasakan pusing dan kejang-kejang.

"Kira-kira sekira 30 menit korban kehilangan nyawanya," tambahnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini