Baca tanpa iklan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi mengantongi identitas tiga orang diduga terlibat dalam pemerasan disertai penyanderaan yang dilakukan Adhi Jhon Suyadi (46) dan Samadi (32) terhadap keluarga bekas bos ExxonMobil Indonesia, Asep Sulaiman, di rumahnya, kawasan Pondok Indah, Jakarta.
Polisi tengah mengejar ketiga orang tersebut dari beberapa alat petunjuk dan keterangan tersangka.
"Tentu kami cari. Karena mereka sudah tahu kalau temannya ditangkap, mereka melarikan diri. Dan kami juga menemukan beberapa bekas tiketnya. Ini sedang kami dalami," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono dalam perbincangan di stasiun televisi, Minggu (4/9/2016).
Menurutnya, dari hasil pengembangan penyidikan kepolisian, diketahui aksi diduga pemerasan disertai penyanderaan keluarga Asep Sulaiman, telah direncanakan oleh 5 orang kelompok AJS sejak sebulan lalu.
Bahkan, kelima orang tersebut menggelar rapat di sebuah hotel sehari sebelum beraksi di rumah Asep.
Dan dari keterangan petugas hotel dan buku tamu, diketahui bahwa AJS menginap bersama empat orang lainnya, termasuk Samadi.
Dan diperkirakan, ketiga orang rekan Adhi Jhon tersebut yang men-drop Adhi Jhon dan Samadi ke sekitar rumah Asep sesaat sebelum beraksi.
Dari hasil penyidikan sementara kepolisian, diketahui Adhi Jhon selaku pelaku dan Asep Sulaeman selaku korban pernah sama-sama bekerja di ExxonMobil Indonesia.
Di perusahaan minyak ternama itu, Adhi Jhon bekerja sebagai petugas keamanan dan Asep Sulaeman menjadi salah satu petinggi perusahaan.
Bahkan, Adhi Jhon pernah bertugas sebagai pengawal Asep Sulaeman selama lima bulan.
Meski diketahui keterkaitan keduanya dan modus pelaku, sejauh ini polisi belum bisa menyimpulkan motif aksi penyanderaan yang dipimpin oleh Adhi John Suyadi terhadap keluarga bekas petinggi ExxonMobil ini.
"Semua masih didalami, terutama benang merahnya kasus ini karena ada yang terputus. Masih ada tiga orang tadi yang lami sedang cari. Dari situ mereka rapat malam-malam berlima untuk apa? Ini yang harus dicari tahu," ujarnya.(*)