TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kejahatan termasuk tipe-tipe penjahat. Namun, tidak dapat membaca gesture penjahat.
Ini disampaikan Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Eva Achjani Zulfa, pada persidangan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (19/9/2016).
Eva mengatakan membaca wajah bisa menggunakan metode fisiognomy.
Tetapi kalau kriminologi itu lebih ke siapa penjahat itu, bagaimana mengatasi penjahat, dan pencegahan kejahatan.
"Kita harus tahu motif apa seseorang melakukan perbuatan itu, adakah kesempatan dia melakukan itu, bagaimana? Kriminologi hanya sebatas itu, tidak sampai pembuktian, karena itu bukan ranahnya lagi," ujar Eva.
Dia menjelaskan, kriminologi adalah dasar objek studi kejahatan.
Ini karena kejahatan sebagai suatu gejala dalam persektif seluas-luasnya. maka pendekatan yang dipakai multidisiplin approach.
Pendekatan bisa melalui psikologi, sosiologi, dan ilmu statistika.
"Untuk kriminologi ini harus ada teori pembanding. Dan kalau dikatakan apakah sahabat mampu membunuh sahabatnya sendiri harus ada data statistiknya. Harus ada metode pembandingnya. Ini untuk menjadikan kesimpulan akhir sahih atau tidak,” jelasnya.
Sebelumnya, Ahli Kriminologi Universitas Indonesia, Ronny Nitibaskara, menguraikan watak Jessica Kumala Wongso, terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, berdasarkan bentuk wajah.
Dia menjelaskan, Jessica mempunyai bentuk wajah tidak simetris.
Bentuk wajah asimetris itu merupakan perpaduan dari kedua orangtua teman satu kampus Mirna di Billy Blue Collage tersebut.
Wajah Jessica memiliki tipikal kurang percaya diri dan membangakan harga diri dengan pengetahuan. Jarak mata dan alis mencerminkan sifat pemilih dan selektif merespons tindakan dan pikiran.
Jessica tipe pemilih teman dan berharap pertemenan berlangsung lama, kecuali ada hal lain yang dapat memutus pertemanan, seperti dikhianati, tidak setia, ada konflik, pekerjaan, dan percintaan.
Sementara itu dilihat dari tipe hidung, kata dia, Jessica menunjukan seseorang yang ketat terhadap keuangan. Dia memiliki sifat penasaran tinggi.
Orang bertipe ini tak bisa menahan diri mencampuri urusan orang lain.
Sedangkan dilihat bentuk dagu Jessica memiliki banyak sifat negatif. Bentuk dagu lancip memiliki watak keras kepala dan tidak suka mendapat tekanan.
Kemudian dari jarak mata, menurut dia, Jessica orang kurang bertoleransi, cepat bereaksi terhadap situasi, dan ingin mengerjakan sesuatu melalui tahap demi tahap.
Jessica mudah merasa terganggu atas sesuatu sehingga kadang timbul delusi. Teliti atau cerewet tentang hal paling rinci.
Cepat merespon dan sangat intens melibatkan emosi dan responnya.