TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- - Koalisi Kekeluargaan pecah sudah. Perpecahan itu ditandai dengan keputusan dua poros partai politik di Puri Cikeas dan Kertanegara.
Puri Cikeas merupakan kediaman Ketua Umum Partai DemokratSusilo Bambang Yudhoyono. Ada empat partai yang tergabung dalam poros Cikeas yaitu Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Sementara itu, Kertanegara merupakan kediaman Ketum PartaiGerindra Prabowo Subianto. Hanya ada dua partai yang ikut pertemuan di sana yaitu Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.
Dini hari ini, Jumat (23/9/2016), Koalisi Cikeas memutuskan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Mereka juga sepakat untuk membentuk koalisi dari empat partai saja tanpa Gerindra dan PKS.
"Dalam pertemuan yang maraton, saya kira kita semua sudah ikuti. Akhirnya pagi ini sepakat berempat, Demokrat, PPP, PKB, dan PAN sepakat buat apa yang kami janjikan. Buat kejutan disepakati cagub cawagub adalah cagub Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan Sylviana murni," kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Sementara itu, Gerindra dan PKS juga memastikan hanya dua partai yang tergabung dalam koalisi mereka. Kedua partai itu memutuskan tak akan ikut ke dalam poros Cikeas yang diisi PartaiDemokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
"Iya (mengusung cagub-cawagub sendiri)," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon.
Rencananya, koalisi ini akan mengumumkan siapa yang akan diusung siang ini di kediaman Prabowo. Dua pasang calon dari dua koalisi ini akan mendaftar ke KPU DKI hari ini.
Dengan pecahnya Koalisi Kekeluargaan, hilang sudah impian untuk dapat head to head dengan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.
Padahal, sebelumnya pimpinan partai Koalisi Kekeluargaan di tingkat provinsi sepakat untuk tetap solid.
Sandiaga sebelumnya juga sempat dibujuk agar mau mengalah jika akhirnya hanya menempati posisi cawagub demi bisa head to head dengan Ahok.
Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Harris menilai, tak solidnya Koalisi Kekeluargaan karena sejak awal terbentuk tak ada konsep matang yang dipersiapkan untuk menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017.
Harris mengatakan, faktor lain yang membuat Koalisi Kekeluargaan gagal karena dibentuk oleh pengurus partai di tingkat daerah.
Selain itu, belum punya kandidat yang akan diusung. Bahkan, ada yang menilai koalisi ini dibentuk hanya karena emosi atas dasar "Asal bukan Ahok".
"Koalisi kekeluargaan waktu itu kan diinisiasi, digagas oleh pemimpin partai pada level kedua dan ketiga. Bukan level utama. Sehingga mentah lagi, mentah lagi. Kutak-katik pasangan calon," kata Syamsudin.
Syamsudin menilai, karena tak ada konsep awal yang matang, Koalisi Kekeluargaan mulai goyah.
Koalisi semakin pecah setelah PKS mengklaim bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah menyetujui kadernya, Mardani Ali Sera akan menjadi calon wakil gubernur Sandiaga Uno.
Empat partai lainnya merasa tak diajak berdiskusi soal pasangan calon ini.
"Kenapa PKB sama PPP resisten, sebab belum disepakati. Yang namanya koalisi mestinya diomongin," kata Syamsudin.
Penulis: Jessi Carina