Dalam acara di Cibubur beberapa hari lalu, Agus Harimurti bercerita bagaimana awalnya ia dicalonkan menjadi cagub DKI. Sehari sebelum batas akhir pendaftaran calon peserta pilkada DKI ke KPU DKI, Agus ditelepon SBY.
Agus dihubungi SBY pada 22 September 2016 ketika sedang berada di Darwin, Australia dalam rangka latihan pasukan TNI Angkatan Darat dengan pasukan AD Australia. SBY menyampaikan mengenai situasi perkembangan politik di Pilkada DKI.
Kata Agus, SBY menyebut ada tiga partai politik yakni PPP, PKB, dan PAN, termasuk Demokrat sepakat untuk bersatu mengusung dirinya di Pilkada DKI. "Dari kawan-kawan partai politik bersepakat mereka ingin bersatu dan mencalonkan kamu sebagai calon gubernur, saya terdiam ketika itu.
SBY berpesan agar Agus berpikir matang mengenai hal itu sebelum memutuskan apakah setuju atau tidak. SBY juga menyampaikan konsekuensinya. Namun, Agus tidak punya banyak waktu untuk memikirkan."Tapi untungnya kami prajurit terbiasa menghadapi situasi yang genting, enggak banyak waktu mengambil keputusan. Dalam sempitnya waktu izinkan saya berpikir, dan saya tutup telepon," ujar Agus.
Agus mengaku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya, karena fokus terhadap latihan di Australia. Namun, setelah memikirkan dalam batin, Agus memutuskan mau maju di pilkada. Hari itu juga ia kembali ke Tanah Air dan tiba 23 September 2016 dini hari.
Ia ingin mendengar langsung dan bertatap muka dengan tokoh dan pimpinan parpol yang mau mengusungnya. "Saya tiba di tanah air langsung menuju ke Cikeas, sudah ditunggu tokoh pimpinan partai dan orang tua tentunya," ujar Agus.
Di sana Agus akhirnya dipilih untuk dicalonkan oleh empat partai koalisi di Cikeas. Agus mengakui pilihan itu berat karena harus meninggalkan karier yang kurang lebih 16 tahun ia jalani di militer.
Agus menambahkan bahwa tidak mungkin orangtuanya menjerumuskan dirinya. "Saya yakin tidak mungkin ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya sendiri," ujarnya.
Dia sekaligus membantah semua pembicaraan adanya paksaan dari kedua orang tuanya untuk mengakhiri jalur militer dan berpolitik. "Saya sama sekali tidak merasa dipaksa oleh siapapun. Tegas saya katakan, ini kemauan saya dan saya memilih jalan ini," kata Agus.
Isu yang dilontarkan mengenai adanya paksaan dari Ani Yudhoyono, kata Agus, sungguh menyakitkan dan dirasa bukan hal yang pantas dibicarakan. "Seketika saya tahu ada isu itu, jujur saya sakit, saya tidak mau orang tua saya dijadikan sebagai penjerumus anaknya sendiri," ungkapnya.
SBY dan Ani, dikatakan oleh Agus sama sekali tidak menginginkan dirinya untuk bermanuver menjadi gubernur DKI Jakarta. "Mereka awalnya malah kaget dan tidak mau kalau saya maju. Jadi memang ini bukan paksaan dari mereka," jelas Agus. (tribunnews/rio/kompas.com)