News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Tim Ahok-Djarot: Pilkada DKI Bukan Ajang Mencari Imam Salat yang Harus Bisa Ngaji

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Gubernur DKI Jakarta dari PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama (kiri) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat (kanan) diperkenalkan saat pengumuman Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusung PDIP untuk Pilkada Serentak 2017 di DPP PDIP, Jakarta, Selasa (20/9/2016). PDIP resmi mengumumkan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusungnya untuk Pilkada Serentak 2017 termasuk mengumumkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guntur Romli, Tim Pemenangan Bakal Calon Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat, mengatakan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta adalah pemilihan umum untuk memilih gubernur dan wakil gubernur yang bisa bekerja.

Guntur menyindir Pilgub DKI bukanlah seperti ajang memilih menantu yang harus menimang mengenai bobot bibit dan bebet.

Menurut Guntur, itu penting untuk dipahami untuk menghadirkan Pilkada yang sejuk dan damai di Jakarta dan jauh dari konflik.

"Kita kan memilih gubernur yang bisa bekerja bukan mencari mantu yang membahas bibit bobot bebet. Bukan mencari imam salat yang harus bisa ngaji dan sebagainya," kata Guntur di Cikini, Jakarta, Sabtu (8/10/2016).

Guntur juga berharap agar Pilkada DKI Jakarta tidak disamakan dengan Pilkada di Aceh.

Menurut Guntur, adalah wajar di Aceh jika ada aturan mengenai agama karena Aceh adalah daerah istimewa yang memiliki hukum sendiri (Qanun).

"Kalau dia (Aceh) berbeda soal agama, itu karena ada keistimewaan, ada kekhasan sendiri. Tapi dalam pilkada Jakarta kita mencari gubernur yang benar-benar bisa bekerja," ungkap Guntur.

Sekadar informasi, tensi Pilkada DKI Jakarta mulai memanas.

Itu disebabkan karena petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok dianggap menghina salah satu agama.

Basuki sendiri membantah tuduhan tersebut dan mengatakan video dirinya saat berbicara dengan masyarakat Kepulauan Seribu sudah disulih (edit) sehingga mengaburkan makna yang sesungguhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini