TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - SA (21), penyerang anggota polisi di Tangerang Kota, pernah mencoba untuk melamar jadi polisi.
Namun, setelah dua kali mengikuti tes calon polisi, SA gagal.
"Yang bersangkutan memang pernah mencoba ikut seleksi calon polisi sebanyak dua kali. Tapi memang dia gagal masuk polisi," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono di Mapolda Metro Jaya, Jumat (21/10/2016).
Namun, Awi mengaku tidak ingat kapan SA mengikuti seleksi calon anggota polisi tersebut.
Awi juga menduga, gagalnya SA menjadi polisi ini bukan menjadi alasan pria itu melakukan penyerangan terhadap tiga anggota polisi di kawasan Lembaga Pendidikan Yupentek, Cikokol, Tangerang Kota, Kamis (20/10/2016) lalu.
"Tapi bukan karena itu (SA gagal masuk polisi) dia melakukan penyerangan. Mungkin karena dia salah menganut aliran tertentu," kata Awi.
Ia enggan menjelaskan secara rinci mengenai aliran apa yang diikuti oleh SA.
Menurut dia, saat ini Detasemen Khusus 88 masih menyelidiki hal tersebut.
Penyerangan anggota polisi itu bermula saat SA menempelkan stiker yang mirip dengan lambang kelompok ISIS di pos polisi.
Polisi yang berjaga di sana kemudian meminta stiker itu dilepas, tetapi pelaku malah menyerang polisi dengan golok.
Anggota polisi yang diserang pertama kali adalah Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang, Brigadir Kepala Sukardi.
Kapolsek Tangerang Kompol Effendi yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian berusaha menangkap SA.
Namun, SA justru menyerang dan menusuk Effendi. SA dilumpuhkan dengan tembakan di kaki dan perut.
Ia langsung dibawa ke RSUD Tangerang dan dipindahkan ke RS Polri Kramatjati. Namun, dalam perjalanan ke RS Polri, ia meninggal karena kehabisan darah.(Akhdi Martin Pratama)