TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir tak pernah tersenyum, apalagi tertawa.
Begitu lah ekspresi raut wajah yang sering terlihat dari seorang Antasari Azhar (63).
Pun demikian terlihat saat Tribunnews.com menemui Antasari Azhar di Blok G Lapas Klas Tangerang sehari sebelum hari pembebasannya, Rabu, (9/11/2016).
Kumis tebal di atas bibir plus materi pembicaraan serius terkesan menambah karakter tegas Antasari Azhar.
Namun, tahukah Anda, ternyata ada sisi humoris sekaligus keusilan dari seorang Antasari Azhar?
Yah, rupanya seorang Antasari Azhar juga punya gaya guyonan lawas dengan 'mengerjai' orang terdekatnya saat tengah muncul keusilannya.
Hal itu hanya terjadi kala Antasari telah mengenal sangat dekat seseorang.
Rifdayansyah alias Dado (40), napi kasus narkoba di Lapas Klas I Tangerang pernah menjadi 'korban' keusilan Antasari.
"Jadi, beliau itu kalau kita lagi bercanda, dianggapnya serius. Giliran dia terlihat serius, malah ternyata bercanda, kita yang diketawain."
"Jadi, saya nggak percaya ternyata beliau ada guyonnya juga," kata Dado saat ditemui Tribunnews.com di Lapas Klas I Tangerang.
"Pernah dia teriak, 'Aduh, aduh, tangan saya keram. Tolong tarik, tolong tarik!'. Begitu saya tarik, eh dia kentut. Jadi, kita jadi ketawa semua. Jadi, beliau ada sisi humorisnya juga," sambungnya.
Sebuah saung yang dibuat oleh Antasari di tepi lapangan bola lapas menjadi tempat sejumlah napi berkonsultasi dengan Antasari yang terkadang diselingi candaan.
"Kalau beliau pulang dari asimilasi kantor notaris, dia duduk nonton bola di lapangan depan ini."
"Lalu, beliau cerita-cerita lucu sampai cerita dia yang dahulu, termasuk kejadian yang menimpa dia. Tapi, sekarang dia ikhlas."
Dado merasa kehilangan dengan bebasnya Antasari Azhar dari lapas setelah narapidana 18 tahun kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen itu memperoleh Pembebasan Bersyarat (PB) pada Kamis, 10 November 2016.
Sebab, selain kenangan candaan lawas, Dado mengaku memperoleh banyak ilmu dan pengalaman setelah 1,5 tahun menjadi napi pendamping untuk mantan Ketua KPK tersebut.
Di antaranya disiplin, persahabatan hingga kesetaraan sebagai napi.
Ia mengaku pernah dijenguk oleh Antasari Azhar saat terbaring sakit di selnya.
"Tapi, kebersamaan yang paling saya ingat itu waktu hujan-hujanan bareng pakai payung rusak," kenang Dado.
"Dia ada tiga napi pendamping, tapi waktu itu hujan deras itu saya datang duluan ke depan lapas jemput dia sepulang dari asimilasi. Saya jemput cuma bawa payung bolong dan penyok besinya."
"Saya kira dia nggak mau saya payungi dan nunggu orang yang bawa payung yang lebih bagus. Ternyata, payung saya yang dipakainya. Kata dia, 'Sudah sama aja kok, saya manusia juga'. Lalu, kita jalan dari depan lapas ke blok dengan satu payung rusak dan kehujanan bareng," sambungnya.
Adik kandung Antasari Azhar, Aznawati Azhar (58), juga punya pengalaman keusilan Antasari. Tapi, justru keusilan itu yang dirindukan Azna dari sang kakak setelah 7,5 tahun mendekam di penjara.
"Kakak saya ini orangnya keras, tegas, disiplin tinggi, tapi ada guyonnya juga kok. Guyon misalnya, pernah dulu pembantu saya diajak makan sama dia ke sekitar Monas."
"Karena ada jeruk di kobokan di meja makan dikira itu untuk air minum, diperas air jeruknya dan ditaro ke kobokan. Kata Pak Antasari, minum aja nggak apa-apa. Tapi, untungnya Pak Antasari buru-buru larang dia minum. Yah, pembantu saya diketawain sama dia," ujar Azna saat ditemui di kediaman Antasari, Serpong, Kamis (10/11/2016).
Warga Jalan Bendungan, Bukit Darat, Palembang, Sumatera Selatan itu mengaku terharu hingga menitikkan air mata saat kakaknya itu mendapatkan sambutan hangat banyak orang begitu keluar Lapas Klas Tangerang dan mencium cucu terkecil.
"Harapan saya ke Antasari, yang berlalu biarlah berlalu. Saya tidak ingin dia mengingat masa lalunya. Jangan lagi ada rasa dendam meski kejadian itu pahit. "
"Majulah ke depan. Kejadian yang menimpanya itu ujian dari Allah dan kita sebagai manusia diharapkan bisa memetik hikmahnya," tukasnya. (Tribunnews/Abdul Qodir)