News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Survei Terbaru LSI Denny: Elektabilitas Ahok-Djarot Tinggal 10,6 Persen

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kanan) bersama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Petahana Basuki Tjahaja Purnama (kedua kanan) dan Djarot Syaiful Hidayat (kedua kiri) saat melakukan pendaftaran di Kantor KPUD DKI Jakarta, Salemba, Rabu (21/9/2016). Pasangan Ahok dan Djarot resmi mendaftar ke KPU DKI Jakarta dengan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Nasdem dan Hanura. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei setelah penetapan tersangka Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas kasus dugaan penistaan agama.

Dari survei yang dilakukan periode 31 Oktober-5 November 2016 dengan melibatkan 440 responden, dukungan untuk Ahok turun dari 24,6 persen menjadi 10,6 persen.

Survei LSI Denny JA itu memang dilakukan sebelum Ahok ditetapkan sebagai tersangka.

Namun, responden sudah ditanya perihal dukungan 'jika Ahok menjadi tersangka' kasus dugaan penistaan agama.

Baca: LSI: Lembaga Survei Punya Kode Etik dan Metodologi

Baca: Survei Terbaru LSI: Elektabilitas Ahok Turun Drastis, Ini 4 Penyebabnya

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan, berdasarkan survei, penurunan dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot setelah Ahok ditetapkan tersangka cukup signifikan.

"Sebelum Ahok tersangka, elektabilitas di angka 24,6 persen dan setelah menjadi tersangka hanya di angka 10,6 persen untuk pertanyaan terbuka, dan 11,50 persen untuk pertanyaan tertutup," kata Ardian, dalam jumpa pers di kantor LSI Denny JA di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (18/11/2016).

Dia menjelaskan, metode pertanyaan terbuka ialah menanyakan bagaimana dukungan terhadap Ahok jika jadi tersangka tanpa menyebutkan nama cagub dan cawagub dari kandidat lainnya.

Sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang disertai nama kandidat.

"Hasilnya, dukungan Ahok sama-sama turun di dua metode itu. Untuk pertanyaan terbuka suara Ahok turun ke 10,60 persen, dan untuk pertanyaan tertutup turun ke 11,50 persen, dari 24,60 persen," ujar Ardian. 

Sebenarnya, lanjut Ardian, sebelum Ahok tersangka, dari survei pihaknya, tren dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot sudah mengalami penurunan.

Pada Maret 2016, pasangan Ahok-Djarot elektabilitasnya masih 59,3 persen. Namun, terus menurun.

Pada Juli 2016, elektabitas Ahok-Djarot 49,1 persen, Oktober 31,4 persen, dan November 24,6 persen.

Berbeda dengan Ahok-Djarot, dua pasangan calon lainnya mendapat limpahan dukungan dari yang meninggalkan Ahok-Djarot.

Elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebelum Ahok tersangka, berada di 20,90 persen.

Namun, setelah Ahok menjadi tersangka dukungan Agus-Sylvi mengalami peningkatan 30,90 persen (pertanyaan terbuka) dan 32,30 persen (pertanyaan tertutup).

Sedangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dari yang sebelum Ahok tersangka 20,00 persen, setelah Ahok menjadi tersangka meningkat menjadi 31,90 persen (pertanyaan terbuka) dan 31,10 persen (pertanyaan tertutup).

Sedangkan swing voters atau pemilih yang belum memutuskan, mengalami penurunan.

Sebelum Ahok tersangka mencapai 34,50 persen, setelah Ahok tersangka menjadi 26,60 persen (pertanyaan terbuka) dan 25,10 persen (pertanyaan tertutup). 

Alasan dukungan terhadap petahana merosot, lanjut Ardian, pihaknya menemukan ada lima hal.

Pertama karena efek video pidato Ahok di Kepulauan Seribu itu sendiri. Kedua yakni adanya survei LSI yang menunjukan tingkat kesukaan terhadap Ahok menurun.

"Di bulan Oktober 2016, tingkat kesukaan Ahok sebesar 58,2 persen. Dan saat disurvei November 2016, tingkat kesukaan Ahok sudah di bawah 50 persen yaitu 48,30 persen," ujar Ardian.

Ketiga, Ardian menyatakan, ada kekhawatiran Jakarta di bawah Ahok, penuh gejolak sosial.

"Keempat Agus dan Anies semakin menjadi pilihan untuk Jakarta yang stabil. Dan kelima citra buruk status tersangka," ujarnya.

Adapun survei dilakukan pada 31 Oktober-5 November 2016 dengan metode multistage random sampling.

Jumlah respondennya sebanyak 440 orang, dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuisioner.

Margin of error-nya kurang lebih 4,8 persen. Survei diklaim didanai oleh LSI Denny JA sendiri.

Penulis: Robertus Belarminus

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini