TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia memang sedang mencari keseimbangan. Di tengah maraknya fenomena perilaku amoral, seperti seks pra-nikah, video porno, penyalahgunaan narkotik, psikotropika, dan zat aditif (NAPZA), serta minuman keras, tawuran, kekerasan perploncoan, penistaan, penghinaan, dan penyakit sosial lainnya.
Bahkan berbagai kasus korupsi, kolusi dan manipulasi yang prevalensinya banyak melibatkan orang-orang terdidik dan terpelajar.
Hal ini menjadi catatan penting sebagai bahan penyusunan Pokok-Pokok Program Bidang Sosial Budaya Lembaga Kesenian dan Kebudayaan (LKK) Kosgoro, dalam rangka melahirkan generasi terdidik dan beretika.
Sebagai organisasi kader, Lembaga Kesenian dan Kebudayaan (LKK) Kosgoro, diharapkan dapat berperan aktif.
“Melalui proses kreatif, serta kegiatan seni dan budaya, sudah seharusnya LKK Kosgoro dapat mengambil peran penting. Terutama ketika bangsa ini sedang menghadapi kemerosotan moral, serta isu politik tentang gerakan pemisahan diri dari Negara Kesatuan republik Indoensia (NKRI),” jelas Ketua Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro, H. Hayono Isman, S.IP, usai Rapat Pleno yang berlangsung di Wisma Mas Isman, Menteng Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Diyakini, bahwa Indonesia membutuhkan seorang figur pemimpin yang memiliki tingkat kesempurnaan tinggi. Meskipun tidak ada tokoh sempurna.
“Maka melalui gerakan seni dan budaya ini, diharapkan kita dapat membentuk cita rasa estetis, etis, dengan spirit yang berbeda. Semua ditujukan untuk media pendidikan pembentukan karakter manusia Indonesia seutuhnya,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, pada era Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) ini.
Eksistensi Kosgoro, kata Hayono Isman, bukan hanya sebagai organisasi penghimpun massa yang berafiliasi pada salah satu kekuatan politik tertentu.
“Melainkan secara fungsional Kosgoro dituntut dapat berperan serta menjadi organisasi kader yang menghimpun para profesional dengan semangat Tri Dharma KOSGORO; yaitu Pengabdian, Kerakyatan dan Solidaritas,” kta Hayono yang didampingi Ketua LKK Kosgoro, Ageng Kiwi.
Pada kesempatan tersebut, Ageng Kiwi, menjelaskan Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro tengah menyiapkan Musyawarah Besar (MUBES) Ke-10, yang menurut rencana akan diselenggarakan di Ambon, 10 -12 Maret 2017 mendatang.
Selaku Ketua LKK Kosgoro, Ageng Kiwi telah menyiapkan agenda kerja dalam bentuk usulan yang akan dibawa ke MUBES Kosgoro mendatang.
Program tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat peran dan fungsi Kosgoro sebagai ormas yang independen dan profesional.
“Semua mengacu pada pembangunan karakter, penguatan jatidiri bangsa dan pelestarian budaya bangsa,” kata Ageng Kiwi.
Paling tidak, tambah Ageng, ada empat koridor penting yang diperlukan dalam rangka penguatan jatidiri.
Yaitu internalisasi tata nilai, menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak, membentuk kebiasaan (habit forming), serta keteladanan (role model) sebagai pribadi berkarakter.
“Empat koridor ini kita kemas dalam bentuk karya artistik (edutainment) yang berpilar kepada cipta, rasa dan karsa. Bukan sekedar memberikan pengetahuan (knowledge), tetapi juga mengasah afeksi moral, sehingga menghasilkan karya bagi kepentingan generasi manusia,” papar Ageng.