TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usai mengomentari tangisan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung menjadi sorotan netizen.
Betapa tidak, usai berkata tangisan Ahok 'cuma akting', beredar kembali foto Lulung menangis saat memeluk mantan Menteri Agama Suryadharma Ali yang divonis bersalah dalam kasus pengadaan barang dan jasa haji di Kemenag.
Dalam foto itu, terlihat Lulung yang mengenakan baju putih dan peci berwarna hitam dengan strip putih, memeluk erat mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembanguna (PPP) itu.
Lulung mewek di pelukan Suryadharma Ali, pun demikian Suryadharma Ali yang juga menangis.
Foto tersebut beredar di dunia maya dan malah dijadikan meme oleh salah seorang netizen.
Seorang netizen dengan akun @REDZKYRIADY membuat meme dari foto Lulung yang beredar tersebut dengan tulisan 'Koruptor dana haji dipenjara, ente kenapa nangis ji'.
Komentar-komentar pedas pun dilayangkan netizen ke akun Twitter yang dikelola Lulung, yakni @halus24.
Menanggapi beredarnya foto tersebut, Lulung pun mengklarifikasi melalui akun Twitter miliknya.
Dengan mengunggah foto 'Lulung menangis' yang dicuplik dari sebuah situs berita, Lulung berkicau seperti ini.
"Ini foto saya menangis karena menang gugatan PPP kubu DF di PTUN , jangan di pelintir lagi demen banget dah fitnah saya ..hehehe," kicau akun @halus24.
Unggahan Lulung tentunya tak luput dari komentar dari pengguna Twitter, yang salah satunya menyindir komentar Lulung terhadap tangisan Ahok.
Akun @gojek80, misalnya, yang menyindir tangisan Lulung, "@halus24 ji itu pura2 nangis atau nangis beneran."
Pun demikian @IanSinaga6 yang mencuit, "benaran ji...kok gk ada airmatanya ??..apa cuma akting doang...heheheee"
Lulung: Ahok akting nangis
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung tertawa ketika ditanya pendapatnya soal nota pembelaan Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama.
Menurut dia, sikap Basuki atau Ahok yang menangis saat membaca nota pembelaan hanyalah pura-pura.
"Ha-ha-ha, akting nangis dia. Masa bapaknya dibawa-bawa, Gus Dur dibawa-bawa, itu mah akting namanya," ujar Lulung ketika dihubungi, Selasa (13/12/2016).
Lulung merasa Ahok tidak menunjukkan penyesalan dalam nota pembelaan itu.
Seharusnya, kata Lulung, Ahok menyampaikan permohonan maaf saja sambil berjanji tidak mengulanginya lagi.
Bukan malah menjelaskan bahwa dia tidak mungkin menodakan agama Islam.
"Ahok bilang mana mungkin menistakan (agama) lalu orangtuanya, orangtua angkatnya, sampai Gus Dur dibawa, itu kan bukan masalah orang tua. Saya juga dididik sama orangtua saya dengan bagus. Tapi ini bagaimana mulutmu kan harimaumu," ujar Lulung.
Lulung juga tidak sepakat dengan penjelasan Ahok yang menyebut Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 sering digunakan untuk mencegah calon kepala daerah non-muslim untuk menjadi kepala daerah.
Menurut Lulung, warga minoritas pun memiliki hak yang sama untuk memimpin daerah apa saja.
Hal tersebut sudah diatur dalam undang-undang bahwa semua warga negara punya hak sama dalam pemerintahan.
Menurut dia, kasus Ahok tidak berkaitan dengan itu. Permasalahan dalam kasus ini adalah soal pernyataan Ahok yang dinilai menodai agama.
"Sekarang ini kan masalahnya dia melakukan penistaan agama. Ya kita buktikan saja di pengadilan. Tapi jangan dia nyerempet ke persoalan bahwa tiap warga negara enggak punya hak penuh," ujar Lulung.
"Setiap warga punya hak yang sama dalam pemerintahan. Buktinya dia pernah jadi bupati belitung. Berarti kan sama semua," tambah dia.
Ahok Menangis
Terdakwa kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama menangis saat membacakan nota keberatan (eksepsi) atas dakwaan jaksa penuntut umum.
Dia tak kuasa menahan tangis saat bercerita tentang kedekatannya dengan keluarga angkatnya yang muslim.
Dalam nota keberatannya, Ahok (panggilan Basuki) mengatakan, dalam kehidupan pribadinya, dia banyak berinteraksi dengan teman-temannya yang beragama Islam.
Selain itu, kata Ahok, dia juga memiliki keluarga angkat, almarhum Baso Amir, yang merupakan keluarga muslim yang taat.
Selain itu, dia juga mengatakan belajar dari guru-gurunya yang beragama Islam dari kelas 1 SD sampai 3 SMP.
"Saya tahu harus menghormati ayat suci Alquran," kata Ahok di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajahmada, Jakarta, Selasa (13/12/2016).
"Saya tidak habis pikir kenapa saya dituduh sebagai penista agama Islam? Keluarga dari keluarga nonmuslim. Saya diangkat sebagai anak sebagai bapak Baso Amir dan Haji Misribu."
"Ayah angkat saya mantan Bupati Bone pada tahun 1967-1970, beliau adik kandung mantan Panglima RI almarhum Jendral Purn Muhammad Yusuf," kata Ahok lagi.
"Ayah saya dan ayah angkat saya bersumpah menjadi saudara, sampai akhir hayatnya. Kecintaan dua orangtua angkat saya kepada saya sangat berbekas," ucapnya lagi.
Ahok kemudian terdiam. Suaranya agak berat. Ahok terlihat mengusap air matanya dengan tisu.
"S2 saya di Prasetia Mulya dibayarkan oleh kakak angkat saya, Haji Ananta Amir. Saya seperti orang yang tidak tahu terima kasih, tidak menghargai keluarga angkat saya," kata Ahok dengan suara yang serak.
Hingga akhir pembacaan eksepsi, Ahok terlihat beberapa kali mengusap air matanya dan bicara dengan suara bergetar.