TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang pedagang kue bernama Sopinah (56) curhat kepada Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sedang berkampanye Jalan Tanggul, Semanan, Jakarta Barat, Senin (25/12/2016).
Pedagang nasi uduk dan kue tersebut curhat rumah yang dibelinya dari hasil bekerja sebagai pembantu rumah tangga, digusur begitu saja oleh Pemprov DKI dua tahun lalu.
Tanpa alasan yang jelas menurutnya rumah petak yang terletak di pinggir kali Mookevart tersebut kini rata dengan tanah.
"Dan saat 2014 itu digusur dan ada bulldozer di sini," ujarnya kepada Anies.
Baca: Anies: Harga Handphone dan Televisi Tidak Bisa Saya Turunkan
Sopinah mengaku tidak mendapatkan ganti rugi dan sosialisasi yang cukup baik atas penggusuran yang dialaminya.
Sertifikat tanah yang telah dikeluarkan sejak tahun 1984 miliknya seolah tidak berarti.
Kegiatan berjualan yang dijalankannya saat ini merupakan bentuk perjuangannya dalam menuntut keadilan.
"Saat ini saya berjualan di (tanah) bekas rumah saya," kata Sopinah.
Sambil mendengarkan curhatan tersebut, Anies kemudian melihat fotocopy dokumen surat tanah dan rumah yang diserahkan Sopinah.
Baca: Anies Blusukan di Pemukiman Padat Penduduk, Singgung Penggusuran
Anies mengatakan akan membawanya untuk dikaji.
Anies menegaskan penggusuran merupakan cara kuno dalam melakukan penataan ruang di Jakarta.
Apalagi penggusuran tersebut tidak diserati komunikasi yang baik.
"Kita akan menghentikan kesewenangan yang terjadi selama kurun 2 tahun terakhir ini," ujar Anies.
Dalam beberapa kesempatan, Anies memang menaruh perhatian khusus atas penggusuran yang terjadi di Jakarta.
Ia bahkan menekankan pentingnya moratorium atas semua titik penggusuran.
Saat ini ada kurang lebih 300 titik di Jakarta yang rawan penggusuran.
"Kita harus mempelajari satu-satu. Karena yang seharusnya dilakukan adalah peremajaan kota. Menata ulang ruang dan wilayah. Bukan dengan penggusuran seolah yang dipindahkan adalah benda mati," pungkas Anies.